Prof.Dr.Bambang Setiaji
LANGIT7.ID-"Wahai orang beriman janganlah engkau memberi dengan menghina Q.S. 2: 262, perkataan yang baik (kehormatan) dan pemberiaan maaf lebih baik daripada sedekah (pemebrian subsidi) yang diiringi dengan menyakiti ..Q.S. 2:263".
Dalam keadaan normal antrian panjang yang tidak semestinya dilarang dalam agama dan etika, itu adalah pemberian (subsidi) yang disertai dengan penghinaan kepada rakyat kita.
Akhir akhir ini kita lihat antrian untuk membeli gas, seringkali antrian berdesakan bahkan beberapa kali menyebakan kematian untuk menerima sedekah, membeli sembako murah, dan semacam ini. Dalam pemilu kita juga menjumpai para politisi dengan tanpa malu malu membagikan sembako bahkan dengan anggaran negara yang nanti selepas pemilu menghilang begitu saja. Antrian dibenarkan dalam keadaan darurat misalnya bencana alam, pendemi, atau peperangan. Ekonomi syariah memberi petunjuk supaya dalam memberi (subsidi) yang diperlukan oleh rakyat dengan tetap menjunjung tinggi kehormatan rakyat. Mesti dilakukan dengan kecerdasan atau kebijaksanaan untuk mencipatkan sebuah sistem ekonomi dan bagian bagiannya secara bermutu. Jika kita menghormati rakyat maka negara kita akan dihormati pula sebagai negara yang bermutu tinggi. Para pejabat yang tidak sadar tidak menghormati rakyat, membuat antrian, menggusur tanpa prinsip saling untung, memagari laut dengan curang, hal hal ini satu sama lain membuat sistem negara yang tidak bermutu yang tidak lain sebenarnya menghancurkan kehormatan negara itu sendiri.
Baca juga: Kolom Ekonomi Syariah: Pagar Laut, Barang Publik, dan Ekonomi SyariahDalam kasus antrian gas dan dalam kasus banyak antrian yang lain bisa dipecahkan dengan voucher tercetak setara uang atau sekedar e-voucher dimana sekali digunakan akan menghilang. Teknologi blockchain bisa menghandle masalah yang terakhir ini, dan jika kita melakukan itu, maka bangsa lain akan menghormati kecanggihan sistem yang kita buat.
Dengan vouher dicetak setara uang, maka semua pengecer boleh menjual gas 3 kg karena hal itu praktis, akan tetapi dengan harga normal yang pertamina mendapat untung yang layak. Kelompok sasaran akan memeroleh seubsidi yang diwujudkan dalam voucher baik tercetak atau e-voucher, sehingga uang murni yang dibayarkan tidak berubah dari yang ada sekarang. Antrian tentu menghilang dan semua pengecer boleh menjual gas 3 kg atau yang disebut gas melon. Dengan keuntungan yang layak pertamina juga wajib memperbaiki gas melon yang sering insinden meledak, hal ini juga akan berujung menghormati dan melindungi rakyat. Untuk menghormati dan melindungi rakyat merupakan perpaduan agama, etika, dan kecerdasan, serta gunakan teknologi terbaik.
Baca juga: Kolom Ekonomi Syariah: Inclusivity Trap Jebakan InklusiftasPembagian pembagian lain dengan menggunakan voucher juga lebih efektif dalam menggerakkan ekonomi lokal, misalnya pembagian sembako, jika diwujudkan voucher maka penerima akan membelanjakan di pasar lokal penjual penjual akan mendapat kenaikan konsumen yang bermakna. Para penjual juga memeroleh hal baru yaitu pembayaran voucher yang bisa ditukar ke bank atau e-voucher yang bisa masuk ke rekening.
Baca juga: Kolom Ekonomi Syariah: OKI dan Ekonomi Syariah Demikianlah Islam dan kemajuan dipadukan akan menghasilkan mutu layanan publik yang tinggi yang pada akhirnya negara juga akan dihargai sebagai negara berkualitas.(*Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah)
(lam)