LANGIT7.ID--Dalam
tobat terdapat sisi atau unsur praksis yang harus dijalankan, hingga hakikat tobat dapat dipenuhi, serta ia dapat memberikan hasilnya bagi jiwa dalam kehidupan.
Sisi praksis ini mempunyai dasar, dan darinya keluar dua cabang. Pertama, meninggalkan kemaksiatan secepatnya. Kedua
Istigfar.
Syaikh Yusuf al Qardhawi dalam "at Taubat Ila Allah" (Maktabah Wahbah, 1998) mengatakan pokoknya adalah: meninggalkan kemaksiatan secepatnya. Suatu tobat tidak bermakna jika orang yang bertobat itu masih tetap menjalankan kemaksiatan yang ia sesali itu, serta tidak meninggalkannya; karena, kalau begitu, apa yang ia tobatkan, jadinya?
Meninggalkan tobat itu dinilai sebagai pekerjaan, karena ia menahan diri dari kemaksiatan yang ia ingin lakukan, untuk tetap dalam ketaatan. Tidak diragukan lagi, menahan diri ini adalah pekerjaan, gerak tubuh, serta jihad fi sabilillah.
Allah SWT berfirman:
"
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. al 'Ankabut: 69).
Baca juga: Amalan Sunnah di Malam Nisfu Syaban: Perbanyak Doa dan IstighfarKedua istigfar. Dengan pengertian, meminta magfirah dan ampunan dari Allah SWT. Seperti dikatakan oleh bapak yang pertama, Adam, dan ibu yang pertama, Hawa; setelah keduanya makan pohon yang dilarang itu:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al A'raaf: 23)
Seluruh orang yang bertobat amat membutuhkan untuk beristigfar, seperti diperintahkan oleh Al Quran dan sunnah serta dijelaskan oleh kaum salaf saleh.
Bukan Sekadar Mohon AmpunIstigfar bukan hanya sekadar permohonan ampun, tetapi juga kunci pembuka pintu rahmat, rezeki, dan solusi dari setiap permasalahan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ“Barang siapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, memberikan kelapangan dalam setiap kesulitan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Ahmad no. 2234)
Hadis ini mengajarkan bahwa istighfar bukan sekadar ritual lisan, tetapi memiliki dampak luar biasa dalam kehidupan. Setiap manusia pasti menghadapi berbagai ujian, baik berupa kesulitan ekonomi, permasalahan keluarga, maupun kebingungan dalam mengambil keputusan.
Baca juga: The Power of Istighfar: Cara Komunikasi Menuju Kesehatan Spiritual Namun, dengan memperbanyak istighfar, Allah menjanjikan tiga hal: jalan keluar dari kesempitan, kemudahan dalam menghadapi masalah, dan rezeki yang datang dari arah yang tidak terduga.
Allah ﷻ juga berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًۭا يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًۭا وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍۢ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍۢ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًۭا“Maka aku berkata (kepada mereka): ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia akan memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.’” (QS. Nuh: 10-12)
Ayat ini menegaskan bahwa istighfar mendatangkan keberkahan dalam bentuk hujan yang membawa kesuburan, kekayaan, keturunan, serta kemudahan hidup. Seorang mukmin yang rutin beristighfar tidak hanya mendapatkan ampunan, tetapi juga limpahan nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
Baca juga: 7 Manfaat Jika Jalankan Cara Istighfar Nabi Ibrahim Maka, ketika kita merasa hidup terasa sulit, jalan seakan buntu, dan harapan mulai pudar, perbanyaklah istighfar. Jangan biarkan hati mengeras dengan kelalaian, tetapi basahilah lisan dengan permohonan ampun kepada Allah. Dengan istighfar yang tulus, insyaAllah setiap kesulitan akan menemukan jalan keluarnya.
اللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ“Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(mif)