LANGIT7.ID-Pendidikan diyakini merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Pendidikan meningkatkan produktifitas para pelaku ekonomi, baik para pekerja maupun para wirausahawan. Produktifitas merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang sejati sedang sumber alam hanya memberi pertumbuhan semu.
Pemerintah dan masyarakat berani mengeluarkan biaya pendidikan sebagai invetasi individu dan investasi publik. Kemajuan bangsa harus berlandaskan kemajuan pendidikan. Juga, pendidikan merupakan salah satu jalan mengangkat keluarga miskin keluar dari mata rantai kemiskinan. Hal ini merupakan alasan mengapa pemerintah mengalokasikan anggaran yang besar untuk pendidikan. Kemiskinan adalah beban negara dan dengan pendidikan diharapkan memandirikan beban tersebut untuk naik kelas menjadi keluarga non miskin. Anak keluarga miskin diharapkan mengalami transformasi sosial dan ekonomi.
Pendidikan secara massal akhir akhir ini dipandang skeptis bahwa pendidikan bukan merupakan faktor penting dan sebaliknya yang lebih penting adalah kompetensi, keahlian yang riil. Hal tersebut benar pada tingkat individual atau kasus, tetapi secara umum data makro nasional menunjukkan bahwa pendidikan memainkan peranan penting.
Baca juga: Kolom Ekonomi Syariah: Pendekatan Ekonomi atas Layanan KesehatanSebagai contoh gaji rerata antar tenaga kerja berdasar klasifikasi pendidikan meningkat berkorelasi dengan jenjang pendidikan. Upah rerata pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD sebesar 2, 08 juta rupiah, meningkat menjadi 3,38 juta pada level SMP, dan menjadi 3,09 juta pada level SMA/SMK dan menjadi 4,96 pada level sarjana S1. Bagaimana pun data ini menunjukkan bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam pembagian nilai tambah ekonomi. Orang dengan pendidikan lebih tinggi menerima upah lebih tinggi, dan juga posisi lebih tinggi.
Data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terendah adalah pekerja dengan pendidikan SD hanya 2,3 persen. Pengangguran meningkat pada level di atas SMP seber 4,11 persen, SMA sebesar hampir 6 persen, dan SMK 8,1 persen, dan pada level sarjana kembali turun pada 4,8 persen. Pada level SD dan SMP pengangguran lebih rendah diduga dikarenakan reservasi upah dan jabatan yang tidak pilih pilih, kondisi apapun diterima menyadari tiadanya pendidikan. Pengangguran yang paling tinggi pada level SMK, menggambarkan lemahnya sektor industri pengolahan.
Baca juga: Kolom Ekonomi Syariah: Koperasi Desa Merah Putih Lembaga pendidikan ditantang bekerja lebih jauh, di negara maju para peserta didik bisa praktek di industri, karena lemahnya industri pengolahan, maka sektor ini memanggil dunia pendidikan untuk terjun ke dunia industri. Idea teaching factory menjadi sangat relevan di mana sekolah menciptakan produk riil yang benar benar layak dipasarkan.
Lebih jauh lagi pendidikan bukan hanya dituntut kompetensi dan juga mencipta produk, juga jangan lupa masyarakat dan negara menempatkan pendidikan untuk menjaga moral bangsa, di mana keimanan, ketakwaan, akhlak, dan perilaku disemai.(*Ketua Diktilitbang PP Muhammadiyah)
(lam)