Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home masjid detail berita

Membangun Masyarakat Islam: Fondasi Akidah sebagai Kunci Keteguhan

miftah yusufpati Selasa, 10 Juni 2025 - 05:45 WIB
Membangun Masyarakat Islam: Fondasi Akidah sebagai Kunci Keteguhan
Dengan menjaga fondasi aqidah yang kuat, masyarakat Islam mampu bertahan, berperan, dan memberikan kontribusi positif dalam perjalanan peradaban. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID--Di tengah arus modernitas dan berbagai ideologi yang menggelora, pertanyaan mendasar tentang “Apa itu masyarakat Islam?” tetap relevan dan mendesak untuk dijawab secara mendalam.

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam karyanya "Malaamihu Al Mujtama’ Al Muslim Alladzi Nasyuduh", yang diterjemahkan menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur’an & Sunnah" (1997), menegaskan bahwa inti sebuah masyarakat Islam adalah akidah yang kokoh: “Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah.”

Aqidah ini bukan sekadar kalimat sakral yang terucap, melainkan jiwa dan nadi yang mengalir dalam denyut kehidupan masyarakat. Masyarakat Islam yang sejati adalah yang tidak hanya memuliakan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga memperkuatnya dalam akal dan hati.

Pendidikan aqidah menjadi misi utama, menanamkan nilai-nilai keimanan pada generasi berikutnya, dan secara aktif menangkis pemikiran yang menyesatkan. Media massa, masjid, sekolah, seni, hingga teater menjadi wahana penyebaran dan pengukuhan nilai-nilai ini.

Baca juga: Mengisi Baitul Arqam Dasar, Rektor UMMAD: Ciri Mahasiswa Muhammadiyah adalah Punya Akidah Lurus

Namun, membangun masyarakat Islam bukanlah dengan memaksa orang lain meninggalkan keyakinan mereka. Al-Qur’an sudah jelas menegaskan: “Tidak ada paksaan dalam agama” (QS Al-Baqarah: 256).

Justru sejarah mengingatkan kita bahwa masyarakat Islam klasik adalah contoh toleransi tinggi terhadap perbedaan keyakinan, yang bahkan mendapat pengakuan dari para pengamat non-Muslim.

Masyarakat Islam sejati bukanlah sekadar kumpulan manusia tanpa ikatan yang jelas. Ia adalah komunitas yang berkomitmen pada aqidah tauhid yang tunggal, bukan kelompok plural tanpa pegangan yang pasti, atau sekadar ideologi sosial-politik seperti nasionalisme, sosialisme, atau liberalisme.

Aqidah Islam memandu pandangan hidup, mulai dari memahami Allah, manusia, alam semesta, hingga tatanan sosial yang adil.

Dalam kontras yang tajam, masyarakat Barat sering dipandang oleh Al-Qardhawi sebagai yang telah “menciptakan alam lalu membiarkannya berjalan tanpa pengatur,” sebuah pandangan yang berakar pada filsafat Yunani klasik seperti Aristoteles dan Plato, yang menjauhkan diri dari konsep Tuhan sebagai penguasa yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sebaliknya, masyarakat Islam memahami dengan tegas bahwa Allah adalah “Yang Awal dan Yang Akhir, yang Zahir dan yang Batin,” yang menguasai segalanya, sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid ayat 14. Pemahaman ini bukan sekadar ritual formalitas, melainkan landasan pemikiran, etika, hukum, dan sistem sosial.

Baca juga: Tugas Ulama Sangat Berat, Jaga Akidah Umat di Era Fitnah

Al-Qardhawi juga mengingatkan bahaya ketika masyarakat Islam mulai goyah dalam aqidahnya. Ketika iman digantikan oleh ideologi lain — nasionalisme ekstrim, komunisme, sosialisme — atau ketika nama-nama besar seperti Marx dan Lenin lebih didengar dibandingkan Nabi Muhammad, maka identitas Islam itu sendiri terancam kehilangan maknanya.

Kitab suci Al-Qur’an yang menjadi sumber utama petunjuk pun tidak boleh digeser ke pinggir, apalagi dihina tanpa respons dari umat.

Lebih jauh, ia mengingatkan agar aqidah tidak dipandang sebagai hal sampingan, melainkan sebagai penggerak utama dalam sistem pendidikan, pemikiran, dan kehidupan sosial. Aqidah harus menjadi pengikat yang kokoh, yang membentuk karakter dan mentalitas umat serta menjadi sumber semangat perjuangan dan pengorbanan.

Pesan ini mengingatkan kita pada kegagalan masyarakat komunis yang berdiri di atas ideologi materialisme tanpa Tuhan, yang akhirnya runtuh bersama sistemnya karena fondasi yang rapuh. Begitu pula, masyarakat Islam yang dibangun di luar dasar aqidah Islam, meskipun mengaku Islam, hanya akan menjadi “bangunan di tepi jurang yang runtuh” (QS At-Taubah: 109).

Dalam dunia yang penuh persaingan ideologi dan perubahan cepat, masyarakat Islam sejati harus menjadi cermin akidah dan iman, bukan sekadar label tanpa makna. Dengan menjaga fondasi aqidah yang kuat, masyarakat Islam mampu bertahan, berperan, dan memberikan kontribusi positif dalam perjalanan peradaban.

Baca juga: Meski Diserang Pengaku Nabi, MUI Tetap Istiqamah Jaga Akidah Umat

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan