LANGIT7.ID-Suatu hari, seorang tetangga datang menemui 
Nasrudin Hoja. "Nasrudin, aku ingin belajar bahasa Kurdi. Ajari aku, ya!"
Nasrudin sebenarnya hanya tahu beberapa patah kata saja. Tapi karena tetangganya terus memaksa, akhirnya ia pun setuju.
"Baiklah," kata Nasrudin. "Kita mulai dari yang sederhana. Misalnya: sop panas. Dalam bahasa Kurdi, itu disebut aash."
Tetangganya mencatat dengan semangat. Lalu bertanya lagi: "Kalau sop dingin, bagaimana?"
Nasrudin terdiam sebentar, lalu menjawab bijak: "Perlu engkau ketahui, orang Kurdi tidak pernah membiarkan sop jadi dingin. Jadi engkau tidak akan pernah membutuhkan kata untuk ‘sop dingin’ dalam bahasa Kurdi."
Baca juga: Kisah Humor Sufi Nasrudin: Belajar Mencari Kebenaran dengan Sabar Hikmah dari kisah ini:
1. Kadang jawaban yang bijak tidak selalu teknis, tapi penuh makna.
Alih-alih repot-repot mencari kata untuk sesuatu yang tidak pernah terjadi (sop dingin), Nasrudin memberi jawaban yang mengingatkan kita pada budaya dan kebiasaan orang Kurdi — mereka selalu menghargai sop selagi panas.
2. Fokus pada hal yang nyata dan bermanfaat.
Daripada sibuk mempersiapkan diri untuk situasi yang mustahil atau jarang terjadi, lebih baik kita mempersiapkan diri untuk yang lebih relevan dan berguna.
3. Jangan terlalu kaku pada teori.
Bahasa (dan hidup) bukan sekadar daftar kosakata, tapi juga soal memahami konteks, budaya, dan kebiasaan orang lain.
4. Kadang kita belajar bukan hanya tentang materi yang diajarkan, tapi juga cara berpikir dan cara melihat dunia.
Jawaban Nasrudin mengajarkan cara pandang yang positif dan penuh penghargaan pada kebiasaan baik.
Humor ini menyelipkan pesan halus: Belajarlah untuk memahami esensi, bukan hanya kata-kata.
Baca juga: Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Konsisten soal Umur(mif)