LANGIT7.ID, Jakarta -  Dalam berniaga atau berdagang, sejatinya tidak ada orang yang merugi karena mereka akan mendapatkan pahala dari hasil usahanya yang halal dan sesuai dengan syariat Islam. Hal ini disampaikan Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dalam webinar bertajuk Perniagaan Anti Rugi, Senin (4/9).
"Perniagaan atau perdagangan itu ada pahalanya karena mabrur. Insya Allah mabrur itu tidak akan mendatangkan kerugian karena kita memberikan manfaat ke sesama, maka saya yakini jangan sampai karena keduniaan kita meninggalkan nilai-nilai mabrur yang dituntunkan Rasulullah Saw," ujarnya.
Baca Juga: Expo 2020 Dubai, Peluang Pasar Ekspor UKM IndonesiaLebih lanjut, dia menyampaikan bahwa hanya sistem Islamlah yang mengatur perniagaan secara menyeluruh. Namun masih banyak manusia mencari cara lain di luar cara Islam dalam berniaga.
"Kalau di gudangnya sendiri banyak barang-barang yang bisa kita kembangkan, kenapa masih mencari barang yang belum tentu halal. Jadi mengapa antum wahai umat Islam mencari cara lain, padahal di dalam gudang kita sendiri ada itu semua," tuturnya.
Kyai Hasan menjelaskan bahwa asal dalam muamalah atau berniaga adalah boleh. Namun, status tersebut dapat berubah ketika barang yang diperjualbelikan mengandung unsur keharaman, riba, penipuan, gharar, pemalsuan, monopoli, dan kecurangan-kecurangan.
Baca Juga: Dorong Lahirnya Start Up Baru dari Kampus, 3 Tim Terbaik Menangkan Ajang Pertamina Muda"Kita biasanya mengaitkan mabrur dengan haji, tapi perdagangan juga harus mabrur, yaitu berorientasi kepada ibadah dan meninggalkan keuntungan yang berujung pada kebinasaan. Karena bisa jadi jika untung tapi lalai dalam ibadah itu istidraj," katanya. 
Istidraj dalam Al-Qur'an maknanya adalah kerusakan-kerusakan yang dibiarkan oleh Allah dan secara perlahan menggiring manusia kepada jurang azab. Maksiat-maksiat merajalela dimana-mana dan unsur-unsur haram dalam perniagaan semakin merebak.
"Kita harus menyelamatkan umat karena kecintaan kita demi membangun kepercayaan, maksud saya membangun kepercayaan diri sendiri dengan kemandirian yang kokoh. Kita dapat membangun kepercayaan dengan moral dan moral tidak bisa dipisahkan dengan operasional," ujarnya.
Selanjutnya adalah kedisiplinan yang kontinyu dalam membangun kepercayaan. "Kalau mau beruntung jalankan ini, kedisiplinan tanpa pandang bulu," katanya.
Baca Juga:
Makan tapi Lupa Belum Berdoa, Segera Baca Ini
Wawancara Eksklusif UAS: Fiqih Terlaksana Sempurna dengan Bangkitnya Ekonomi Islam(asf)