LANGIT7.ID, Jakarta -  Allah telah membuat seperangkat aturan tentang etika makan, apa yang boleh dimakan, apa yang diharamkan, bagaimana cara makan dan yang lainnya. Dalam al-Qur'an disebutkan, kurang lebih 26 ayat tentang perintah makan. Sementara ayat yang memerintahkan shalat hanya ada kurang lebih 16 ayat. Hal ini bukan berarti harus lebih banyak makan dari pada shalat.
Pada dasarnya, perintah makan bukan sebatas mengisi isi perut saja, seperti halnya yang dilakukan binatang. Namun, anjuran untuk bersikap baik saat makan dan bukan asal makan. Karenanya, taatilah ketentuan agama tentang etika makan, termasuk membaca doa sebelum makan.
Baca Juga: Setelah Shalat Fardhu, Yuk Ikuti Dzikir yang Dibacakan RasulullahDalam banyak hadits shahih, Rasulullah telah menganjurkan doa sebelum makan dan sesudah makan. Di antara doa makan yang disunnahkan Rasulullah dalam hadits shahih Bukhari dinyatakan sebagai berikut,
Dari Abi Umamah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi SAW apabila telah membuka hidangan makanannya, beliau membaca,
الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ ، غَيْرَ مَكْفِىٍّ ، وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ ، رَبَّنَا
Alhamdulillahi Katsiran Thayyiban Mubarakan Fihi Ghaira Makfiyyin wa Laa Muadda'in wa Laa Mustaghnan anhu RabbanaArtinya: Segala puji bagi Allah (kupanjatkan kepadaNya) sebanyak-banyak puji, sebaik-baik puji, puji yang penuh berkah dengan tidak membutuhkan pemberian dan titipan serta tidak memerlukannya sedikitpun wahai Tuhan kami. (H.R. Bukhari).
Baca Juga: Bacaan Dzikir yang Mendatangkan Rezeki, Ini Rahasia Amalan RasulNamun bagaimana jika lupa membaca doa tersebut ketika makan? Apalagi dalam kondisi lapar dan langsung ingin melahap hidangan yang telah tersedia, terkadang manusia lupa untuk membaca basmallah atau doa makan yang diajarkan oleh Nabi kepada Aisyah radhiallahu anhu.
إِذَا أَكَلَ أَحَدكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه ، فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّله فَلْيَقُلْ : بِسْمِ اللَّه فِي أَوَّله وَآخِره
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia ucapkan “Bismillah”. Jika ia lupa untuk menyebutnya, hendaklah ia mengucapkan: Bismillahi fii awwalihi wa akhirihi (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”. Hadits ini memiliki penguat dari hadits Umayyah bin Makhsyi yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan An Nasai. 
Dalam Al Adzkar, An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang meninggalkan membaca “bismillah” di awal karena sengaja, lupa, dipaksa, tidak mampu mengucapkannya karena suatu alasan, lalu ia mampu mengucapkan di tengah-tengah ia makan, maka ia dianjurkan mengucapkan “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu”, sebagaimana terdapat dalam hadits yang telah disebutkan”.
Baca Juga: Pendampingan Ibu Hamil, Tim Muhammadiyah Sidoarjo Deteksi Dini Risiko saat PandemiBetulkah hadits allahumma baarik lanaa fii maa rozaqtanaa dhaif?
روينا في كتاب ابن السني عن عبد اللّه بن عمرو بن العاص رضي اللّه عنهما عن النبيّ صلى اللّه عليه وسلم أنه كان يقول في الطعام إذا قُرِّبَ إليه : ” اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا فِيما رَزَقْتَنا وَقِنا عَذَابَ النَّارِ باسم اللَّهِ “
Telah diriwayatkan dalam kitab Ibnus Sunni dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ketika makanan didekatkan kepadanya, beliau biasa mengucapkan “Allahumma baarik lanaa fii maa razaqtanaa waqinaa ‘adzaaban naar, bismillah”.
Berikut penjelasan mengenai derajat hadits di atas:
Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa di dalam riwayat tersebut terdapat Muhammad bin Abi Az Zu’ayzi’ah, dan Bukhari mengatakan bahwa ia adalah munkarul hadits.
Baca Juga: Memaknai Doa Seorang Ibu yang Dapat Menembus Bumi dan LangitAdz Dzahabi mengatakan bahwa di dalam riwayat tersebut terdapat Muhammad bin Abi Az Zu’ayzi’ah, dan Abu Hatim mengatakan bahwa ia adalah munkarul hadits jiddan. Begitu pula hal ini dikatakan oleh Imam Al Bukhari.
‘Ishomuddin Ash Shababithi menjelaskan dalam takhrij Al Adzkar, “Hadits tersebut dikeluarkan oleh Ibnu As Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (459) dan sanadnya dhaif. Di dalamnya terdapat ‘Isa bin Al Qosim ibnu Sami’. Dia adalah perawi yang shodiq akan tetapi sering membuat kesalahan dan sering melakukan tadlis serta ia dituduh berpaham qadariyah. Juga diriwayatkan dari Muhammad bin Abi Az Zu’ayzi’ah. Ibnu Hibban mengatakan bahwa Muhammad bin Abi Az Zu’ayzi’ah adalah dajjal (pendusta besar).”
Baca Juga:
Wawancara Eksklusif UAS: Fiqih Terlaksana Sempurna dengan Bangkitnya Ekonomi Islam
Kristiane Baker, Ikon Dunia Hiburan Barat Temukan Kedamaian bersama Islam(asf)