LANGIT7.ID, Jakarta - Besok, Rabu, 6 Oktober 2021 merupakan Rabu terakhir di bulan Shafar menurut penanggalan hijriah. Masyarakat muslim Indonesia biasanya menggelar tradisi Rebo Wekasan dengan mendirikan shalat sunnah serta memperbanyak amal ibadah.
Beberapa ahli ma'rifat termasuk mereka yang ahli mukasyafah mengatakan, setiap tahun Allah menurunkan bala (bencana) yang berjumlah 320.000 dari yang kecil hingga besar. Kesemuanya diturunkan pada Rabu terakhir di bulan Shafar.
Baca Juga: Besok Hari Diturunkannya 320.000 Bala, Berikut Asal Usul Rebo WekasanKarena itu, ulama menganjurkan agar memperbanyak dzikir dan doa pada Rabu terakhir di bulan Shafar. Selian itu, ulama juga menganjurkan agar mendirikan shalat hajat atau shalat sunnah mutlak.
Shalat hajat atau mutlak dapat dilaksanakan pada waktu dhuha ataupun setelah Shalat Maghrib. Berikut niat dan tata cara shalat hajat untuk memperingati Rebo Wekasan:
1. Shalat hajat didirikan sebanyak empat rakaat seperti shalat Dzuhur, Ashar, atau Isya
2. Niat shalat hajat
Jika solat dilakukan empat rakaat dengan dua tasyahud satu salam maka niatnya yaitu:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
Sementara dua tasyahud dua salam niatnya yaitu:أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
3. Setiap rakaat setelah Al Fatihah membaca:
Surat Al Kautsar sebanyak 17 kali
Surat Al ikhlas sebanyak 5 kali
Surat Al Falaq 1 kali
Surat An Nas 1 kali
4. Setelah salam, bacalah doa berikut ini. Insyaallah, Allah akan menjaga dari segala macam bala atau bencana yang turun sampai satu tahun.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنَا مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنَا شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Sebagai catatan, keputusan Musyawarah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah 1978 di Magelang menegaskan shalat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram, kecuali bila niatnya adalah shalat sunnah mutlak atau shalat hajat. Kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya (20-25 Desember 1971 M) juga melarang shalat yang tidak ada dasar hukumnya, kecuali diniati shalat mutlak.
Baca Juga:
Marat Safin: Tenis, Hedonistik, hingga Sufistik
Menilik Konsep Wasathiyah, Moderasi yang Benar dalam Islam(asf)