home edukasi & pesantren

Halal Bihalal, Dipopulerkan Pendiri NU Pasca Selisih Politik Awal Kemerdekaan

Senin, 02 Mei 2022 - 01:00 WIB
Ilustrasi (foto: langit7.id/istock)
Istilah dan tradisi Halal bi halal dipopulerkan KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Istilah dicetuskan untuk mendamaikan para elite politik yang kerap berselisih paham pasca kemerdekaan 1945 silam.

Istilah itu untuk menghalalkan sikap manusia yang kerap berselisih pendapat dan sulit menerima perbedaan pendapat. Dari situ, konteks sejati silaturahmi adalah ikhtiar kebersamaan dan persatuan.

سيلاتوراهميتَزِيْدُ فِي الْعُمْرِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِ (رواه القضاعي عن ابن مسعود)

"Silaturahmi itu menambah umur, dan sedekah itu memadamkan murka Tuhan." (HR Qudha'i dari Ibnu Mas'ud, kitab Al-Jami'us Shaghier).

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Lia Istihama, mengatakan, momentum halal bihalal merupakan momentum penguatan ikatan persaudaraan. Ini sangat penting, sebab membangun persaudaraan merupakan semangat penguatan ukhuwah Islamiyah.



Baca Juga: Tradisi Sungkeman Idul Fitri, Bentuk Bakti Anak pada Orang Tua
Berita Terkait
Berita Lainnya