Perencana Keuangan: Ubah Cara Pikir Keliru Kelola THR
Fifiyanti AbdurahmanJum'at, 08 April 2022 - 07:37 WIB
Ilustrasi menghitung uang THR. Foto: Langit7/iStock
LANGIT7.ID - , Jakarta - Independent Financial Planner, M Kharisma menyebut banyak orang berpikir keliru dalam mengelola penghasilan tambahan dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR).
Umumnya, menurut Kharisma, orang berpikir menempatkan THR untuk berinvestasi, sebaliknya untuk kebutuhan lain ditutupi dengan cara berutang, seperti menggunakan kartu kredit.
"Ini umum dilakukan, pertama mereka berpikir THR itu, sebisa mungkin diinvestasikan, tetapi mereka mengambil utang untuk kebutuhan lain. Ini yang keliru, karena utang bagaimanapun juga relatif lebih besar bunganya dibandingkan kita menabung atau investasi," ujar Kharisma kepada Langit7, dikutip Jumat (8/4/2022).
Seringkali, tambahnya, orang yang berhutang mengesampingkan waktu pembayaran. Terpenting adalah mendapatkan barang yang diinginkan terlebih dulu. Saat waktu tempo pembayaran utang, orang yang berhutang ini cenderung menutup dengan minimum payment.
"Karena bayarnya minimum, maka ada denda yang diberikan kepadanya kurang lebih 2 persen. Dan ini efektif setiap bulan," ungkapnya.
Hal ini lah yang akan membebani cashflow yang ujungnya tidak kunjung selesai. Sedangkan mereka yang menargetkan THR sebagian untuk investasi, ujung-ujungnya investasi tidak berkembang. Artinya ia hanya investasi setiap bulan dengan jumlah yang sama karena ia harus bayar utang.
"Jadi bebannya itu jauh lebih besar ketika mereka bayar utang," ucapnya.
Lebih lanjut, Kharisma mengatakan di bulan Ramadhan banyak orang berpikir bisa berhemat. Tapi, kemudian malah berakhir menghabiskan untuk hanya untuk kebutuhan yang bersifat seremonial.
"Misal setiap Ramadhan atau setiap Idul Fitri harus liburan. Jika tidak boleh mudik, maka diganti dengan healing liburan ke suatu tempat dan lainnya. Intinya apapun caranya terpenting bisa menghabiskan THRnya," tuturnya.
Menurut Kharisma, THR sah-sah saja dihabiskan, namun bukan berarti hal tersebut sifatnya wajib.
"Yang tadinya mau dialokasikan untuk mengurangi utang kita, ternyata malah utang kita tetap bahkan makin besar di bulan Ramadhan ini," ujarnya.
Kharisma menyarankan untuk menghindari cara berpikir keliru dalam mengelola THR untuk jalan-jalan dan perilaku konsumtif lainnya. Sebab, THR bisa dimanfaatkan untuk hal yang sifatnya produktif dan menghasilkan nilai tambah.
Terakhir, ia mengingatkan, bagi umat Muslim masih ada kewajiban lain yang dituntaskan seperti membayar zakat. Jangan sampai hal tersebut dilalaikan demi untuk memenuhi kebutuhan atau kegiatan yang kurang bermanfaat.