LANGIT7.ID, Jakarta - Jamu diisulkan menjadi
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO. Sebab produk minuman herbal ini sudah melekat di masyarakat, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah, produk minuman
herbal ini telah marak di masyarakat. Karena itu sudah ditetapkan sebagai WBTB Tingkat Nasional 2019.
Kabid Pembinaan Kebudayaan Disdikbud Jateng, Eris Yunianto mengatakan, pengusulan budaya minum jamu ke tingkat internasional itu bermula dari Jateng.
“Pada 2019, Gabungan Pengusaha (GP) Jateng mengusulkan jamu sebagai WBTB. Kemudian jamu Jateng ditetapkan Kemendikbud RI layak sebagai WBTB Indonesia, dengan SK No 362/M/2019 tanggal 24 September 2019,” ujar dia dalam keterangannya, dikutip Ahad (10/4/2022).
Baca Juga: Suwe Ora Jamu, Bertahan dengan Konsisten Eksplorasi RasaSelanjutnya, pada tahun lalu GP Jamu Indonesia berupaya agar jamu sebagai budaya Indonesia berkompetisi pada WBTB tingkat internasional melalui UNESCO.
Merespon hal itu, pada 7 April 2022, Kemendikbud menetapkan Budaya Minum Jamu sebagai Duta Indonesia berkompetisi dalam Intangible Culture Heritage (ICH) 2022.
"Pemprov Jateng telah memasyarakatkan budaya minum jamu sejak 2019. Itu dilakukan dengan membudayakan gerakan minum jamu pada lima lokasi yakni, Setda Provinsi Jateng, Dinkes Jateng, Disdikbud Jateng, Diskop UKM, dan Disporapar Jateng," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga memiliki program gerakan Jamu Goes To School, dan Jamu Goes to University. Berikut sembilan rumah sakit yang menyediakan pojok jamu.
"Adapula anjuran kepada hotel untuk menyediakan welcome drink berbahan jamu,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif GP Jamu Jateng, Stefanus Handoyo Saputro mengatakan, masyarakat Jateng memiliki pertalian kuat dengan jamu. Termasuk dari sisi historisitas, dan banyaknya industri pengolahan jamu di Jateng.
Setidaknya terdapat tujuh industri ekstrak bahan alam di Jateng, 16 industri obat tradisional (IOT). Termasuk di dalamnya Sido Muncul, Jamu Jago, Borobudur, Deltomed dan Air Mancur.
"Usaha Kecil Obat Tradisional ada 153 (unit), Usaha Mikro Obat Tradisional ada 264 (unit). Kalau jamu gendong itu ada ribuan. Di Jateng ada di Sukoharjo, Demak, Banyumas, dan sebagainya,” jelasnya.
Jamu telah digunakan selama ribuan tahun sebagai pengobatan. Terbukti dalam relief Karmawibangga yang terdapat di Candi Borobudur.
Juga dalam relief di Candi Rimbi tahun 1329 Masehi, Prasasti Madhawapura 1305 Masehi, Serat Centhini 1814 Masehi, dan Situs Liyangan 800 Masehi.
“Jamu asal Jateng juga banyak yang sudah di ekspor. Mulai dari Rusia, Malaysia bahkan ada perusahaan yang punya perwakilan di Filipina,” katanya.
Handoyo berharap, dengan usulan ke kancah internasional semangat pengusaha dan masyarakat membudayakan jamu semakin besar. Ke depan, pihaknya akan terus memperkenalkan jamu kepada Generasi Milenial dan Gen Z.
(bal)