LANGIT7.ID, Jakarta -
Penyakit hati dilihat dari sisi agama dan medis memiliki pengaruh yang saling berkaitan. Terlebih hati berkenaan dengan kalbu yang menjadi perasaan batin seseorang.
Ketua Dharma Wanita Persatuan Universitas Diponegoro (DWP Undip), dr. Fathur Nur Kholis, menjelaskan kalbu berperan dalam mengendalikan seluruh dimensi kesehatan tubuh. Termasuk secara jasadiah maupun secara rohaniah.
“Bagaimana kondisi hati kita ketika sakit maupun sehat tergantung indikatornya. Indikator ini yang menentukan berdasarkan diagnosis," kata dia seperti dilansir laman Undip, Senin (27/6/2022).
Secara jasmani, kata dia, pihak tenaga kesehatan atau dokter yang berperan untuk mendiagnosis. Namun, secara spiritual atau rohaniah menjadi peran dokter kejiwaan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Hati Jadi Tenang dengan Ilmu dan Al-Qur'an"Lebih spesifiknya lagi para alim ulama yang bisa memberikan pencerahan. Di samping itu, juga ada peran konsultan rohaniah, serta peran dan dukungan dari orang tua,” katanya.
Menurutnya, penyakit hati memiliki kemiripan dengan gangguan jiwa, walaupun tidak identik. Penyakit hati berkenaan dengan dimensi ketauhidan, ibadah, muamalah atau dimensi sosial.
"Sementara penyakit jiwa seperti Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) mengalami gangguan kepribadian, depresi, dan psychosis,” jelasnya.
Adapun Imam Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga kelompok. Di antaranya hati yang sehat, hati yang sakit, dan hati hati yang mati.
"Seorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal, mampu memilah dan memilih setiap rencana atas tindakan. Sehingga setiap apa yang dilakukan telah melewati perhitungan berdasarkan suara hati," tambahnya.
(bal)