LANGIT7.ID, Jakarta -
Habib Abdurrahman Al-Habsyi mengingatkan, kehidupan manusia di dunia sangat singkat. Ibarat seorang musafir yang singgah berteduh dan akan segera melanjutkan perjalanan.
“Ibarat sebuah perdamaian drama, perjalanan hidup manusia sejatinya tidak panjang, sangat pendek. Hanya melewati empat episode. Itu dijelaskan dalam Al-Qur’an,” kata Habib Abdurrahman Al-Habsyi dalam Doa Bersama Sedoeloer FH UGM 81 yang Sudah Berpulang, Jumat (22/7/2022) sore.
Baca Juga: Alumni FH UGM 81 Gelar Doa Bersama untuk Sedulur yang Telah Berpulang
Dia menjelaskan, saat ini manusia yang masih hidup tengah berada di episode kedua. Tentu durasi waktu yang diberikan tidak panjang. Hanya sebentar saja. Manusia sejatinya hanya melintas jalan, yang artinya kehidupan begitu singkat.
“Hidup seperti seorang musafir, berhenti sejenak di sebuah pohon dan akan melanjutkan perjalanan. Berhentinya sejenak di bawah pohon, melepas lelah. Lakukanlah amal-amal baik, berhubungan dengan cara yang baik di dunia ini,” kata Habib Al-Habsyi.
Waktu merupakan satu-satunya ciptaan Tuhan yang tak pernah mau menunggu. Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah sering bersumpah atas nama waktu. Itu sebagai pengingat agar manusia memanfaatkan waktu yang diberikan sebaik mungkin.
“Kita ini adalah makhluk ciptaan-Nya yang sering menyia-nyiakan waktu. Belum lagi waktu yang sangat berharga diberikan kepada kita, sudahkah kita pergunakan dengan sebaik-baiknya?” Kata Habib Al-Habsyi.
Ada ulama yang mengatakan, umur manusia itu seperti jarak antara adzan dan shalat. Bayi baru lahir akan diperdengarkan adzan. Lalu setelah meninggal dunia akan dishalatkan.
Baca Juga: Meninggal karena Kecelakaan, Insya Allah Mati Syahid
“Begitu pendek, begitu sebentar. Tahu-tahu Sudah bulan Juli, tau tau Sudah akhir tahun, tau-tau Sudah kuliah, tau tau Sudah menikah,” kata Habib Abdurrahman Al-Habsyi.
Maka itu, Rasulullah SAW pernah berpesan tentang keberkahan umur. Keberkahan hidup akan diraih jika diisi dengan amal-amal perbuatan. Dengan begitu, seseorang bisa mendapatkan husnul khatimah (akhir hidup yang baik).
“Maka taruhlah jejak-jejak kebaikan selagi masih hidup, wariskan kepada anak-anak cucu. Tentunya kita menginginkan kebersamaan hingga di surga nanti. Bahwasanya, orang menularkan kebaikan di tengah masyarakat, mereka akan dikumpulkan di Surga Adn. Surga tempat reuni akbar di akhirat,” ucapnya.
Episode ketiga ketika manusia berada di dalam barzakh. Tidak ada satupun manusia yang tahu kapan akan meninggal dunia. Ada yang wafat saat masih anak-anak, remaja, dewasa, dan ada yang sampai lanjut usia.
“Maka kata Nabi, perbanyaklah mengingat pemusnah segala kelezatan yaitu kematian,” tutur Habib Al-Habsyi.
Baca Juga: 58 Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia, Ini Keutamaan Wafat di Tanah Suci
Rasulullah SAW, kata
Habib Abdurrahman Al-Habsyi, dalam sebuah hadits menyebutkan, malaikat maut akan mengunjungi setiap manusia lima kali dalam sehari-semalam. Malaikat maut akan melakukan survei sebelum ajal seseorang tiba.
“Datang survei, hanya kita tidak tahu kapan jam berapa, menit berapa, detik ke berapa. Makanya orang meninggal dalam kondisi bermacam-macam. Tapi satu pesan Rasulullah, manusia itu akan meninggal dunia sebagaimana dia hidup, apa yang sering dia lakukan, sesuai dengan kebiasaan yang sering dia lakukan,” kata
Habib Abdurrahman.
Episode keempat saat manusia dibangkitkan dari alam kubur pada hari kiamat nanti. Saat sangkakala ditiup, semua manusia digiring ke padang mahsyar. Di tempat itu, manusia akan menunggu pengadilan ilahiyah untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama hidup di dunia.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yunus ayat 30, “Di tempat itu (padang mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.”
“Pada masa itu, mulut akan dikunci. Tangan akan menjadi saksi, kaki akan berbicara, semua anggota badan bersaksi tentang perbuatan-perbuatan manusia,” ungkap Habib Al-Habsyi.
(jqf)