LANGIT7.ID, Jakarta - Islam pernah mengalami kejayaan peradaban. Dari segi politik, Islam pernah menguasai hampir sepertiga dunia. Dari sisi ilmu pengetahuan, banyak kemajuan sains dipelopori oleh ilmuwan muslim. Namun kini peradaban gemilang itu telah runtuh.
Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor,
Prof. Dr. KH Hamid Fahmy Zarkasyi, menjelaskan beberapa faktor penyebab peradaban Islam mengalami kemunduran. Di antaranya ada masalah ekonomi di negara-negara Islam dan persoalan krisis pangan yang begitu akut.
Kondisi itu kian diperparah dengan perang salib yang terjadi selama bertahun-tahun antara abad ke-11 sampai abad ke-17. Peradaban Islam kian hancur setelah mendapat serangan dari Bangsa Mongol yang menyerang Baghdad, pusat kekhalifahan Islam.
“Kita mendapat serangan bangsa Mongol yang tidak bisa dielakkan lagi. Hancurlah semua peradaban Islam, peradaban ilmunya. Jadi, politiknya kalah, pusat-pusat ilmu pengetahuan dalam Islam itu juga kacau balau,” jelas Prof Hamid di kanal Menuju Peradaban Islam, Rabu (10/8/2022).
Baca Juga: Mahathir Mohamad: Kemunduran Umat Islam karena Jauh dari Al-Qur'an
Pada saat itu, ulama tidak lagi bisa mengajarkan ilmu. Tidak ada lagi majelis-majelis ilmu dalam skala besar. Bahkan, para ulama dikejar-kejar dari Baghdad sampai ke Mesir. Itu yang menjadi titik peradaban ilmu dalam Islam runtuh.
Setelah kejadian itu, peradaban Barat bangkit dengan membawa teknologi sains. Mereka membuat inovasi-inovasi baru yang kian meleburkan peradaban ilmu Islam. Dari inovasi itu, Barat melakukan proses kolonialisasi.
Selain itu, Ibnu Khaldun juga pernah membuat satu analisis tentang kehancuran sebuah negara bahkan peradaban. Titik mula kehancuran bermula dari tindakan amoral seperti pelanggaran hukum dan penipuan di kalangan orang Islam.
“Kemudian upaya untuk berpikir cara-cara mencari nafkah itu menjadi sangat dominan dibanding cara mencari ilmu, berbohong, berjudi, menggelapkan itu menjadi bagian dari kehancuran bagi Islam,” ujar Prof Hamid.
Jika diklasifikasi, ada problem akhlak di kalangan umat Islam. Ada ketidakadilan di kalangan penguasa dan kezaliman menyebar di kalangan elit masyarakat. Ada juga orientasi kemewahan mulai tumbuh dalam didikan masyarakat.
Baca Juga: Indonesia dalam Kacamata Ibnu Khaldun
“Ada penarikan pajak juga yang semakin tinggi. Yang dicatat oleh Ibnu Khaldun adalah penguasa yang ikut berbisnis, itu ternyata tidak hanya dulu sampai sekarang, pun rusaknya kekuasaan adalah ketika penguasa ikut berbisnis,” ucap Prof Hamid.
Kehancuran juga bermuara saat masyarakat muslim memiliki komitmen rendah terhadap agama. Agama tidak lagi dijadikan prioritas dalam beraktivitas, sehingga tindakan amoral tidak bisa dibendung.
“Yang terakhir adalah penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat. Artinya ulama itu salah dalam menggunakan ilmunya, para mujahidin, para tentara itu juga tidak tepat menggunakan (pedang),” ujar Prof Hamid.
(jqf)