LANGIT7.ID, Jakarta - Ketua
PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy mengatakan, Muhammadiyah mulai gelisah karena sempat absen dalam sektor ekonomi. Apalagi, selama ini Muhammadiyah terkenal lebih fokus di sektor pendidikan, kesehatan, dan sosial.
"Di sektor ekonomi Muhammadiyah masih absen. Itulah alasan saat
Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, sektor ekonomi diberi tekanan kembali," katanya dalam
Webinar Economic Outlook 2023: Mendung atau Cerah? Peluang Dunia Usaha, yang diikuti
Langit7, Rabu, (28/12/2022).
Menurut dia, peran Muhammadiyah dalam mendorong
perekonomian keumatan terbilang cukup berat. Sehingga diperlukan dukungan seluruh pihak, terutama mereka yang telah berkiprah di majelis perekonomian dan kewirausahaan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini juga menyampaikan, selama ini Muhammadiyah dipandang optimis karena memiliki etos kerja dan jaringan yang kuat.
Baca Juga: Muhammadiyah Siap Jadi Kekuatan Ekonomi Besar di IndonesiaTerutama dalam hal membangun ekonomi bisnis yang sesuai dengan asas Pancasila. Namun ternyata, realitanya masih belum seperti optimisme banyak orang.
"Sebetulnya jaringan kita belum betul-betul menjadi sebuah power dan manifest, dan ini pekerjaan yang mesti kita lakukan ke ke depan," ujarnya.
Tantangan Ekonomi SyariahMenurutnya, ada sejumlah tantangan dalam ekonomi syariah yang akan melibatkan peran Muhammadiyah. Salah satunya soal amar makruf nahi mungkar.
Perintah itu merupakan ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku baik dan mencegah perilaku buruk.
"Sementara dunia tidak bisa dibelah menjadi hitam dan putih, terutama di dunia bisnis banyak berada di wilayah abu-abu," ujarnya.
Baca Juga: Cara Islami Atasi Resesi: Gunakan Prinsip Ekonomi SyariahSehingga, lanjut dia, memungkinkan bagi Muhammadiyah untuk terjun ke ranah tersebut. Di mana tujuannya untuk mengajak masyarakat dalam berbuat kebaikan.
"Kita hanya bisa mengajak orang lain ke tempat yang terang, bila kita sudah memasuki kegelapan," ungkapnya.
Di sisi lain, lanjut dia, memasuki kegelapan akan memberikan stigma yang kurang menguntungkan. Sehingga kiprah untuk mengajak masyarakat dalam amar makruf nahi mungkar kaitannya dengan ekonomi cukup kompleks.
"Peranan yang dibutuhkan bukan hanya linear, hitam dan putih, khutbah ke khutbah, mimbar ke mimbar, tapi juga harus dipasar-pasar. Jadi kita mesti memainkan peranan itu," tegasnya.
(bal)