LANGIT7.ID - , Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani mengatakan
pesantren kerap menjadi institusi yang terseret oleh kepentingan yang tidak ada signifikasinya.
Menurut Ali Ramdhani, hal tersebut dikarenakan pesantren tidak memiliki kekuatan mandiri dalam ruang ekonomi.
Padahal, lanjut dia, saat ini ada lebih dari 37.000 pesantren yang terdaftar di Kementerian Agama dengan empat juta
santri aktif. Artinya, ini menjadi kekuatan luar biasa bila dikelola dengan efektif.
Baca juga: Wapres Dorong Pengembangan Ekonomi Pesantren untuk Berdayakan Masyarakat"Dalam kemandirian ekonomi, akan lebih mudah terwujud jika tercipta suatu sistem yang mendukung pesantren untuk saling menjalin relasi dalam membangun lini usaha" kata Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dikutip Jumat (3/2/2023).
Dia menambahkan, program Kemandirian Pesantren yang berjalan di tahun ketiga ini harus sudah mengarah pada tujuan membentuk ekosistem
ekonomi pesantren yang saling terkoneksi atau
Community Economy Hub. "Jika 37.000 pesantren ini menjadi titik-titik yang terhubungkan satu sama lain, maka cita-cita kita semua dalam membangun pesantren mandiri semakin dekat terwujud,” ucap pria yang akrab disapa Kang Dhani ini.
Senada dengan Kang Dhani, Staf Khusus Menteri Agama, Mohammad Nuruzzaman berharap Community Economy Hub Pesantren dapat menjadi sebuah sistem untuk mencapai cita-cita bersama kalangan pesantren, di mana terjalin hubungan yang saling mendukung.
Baca juga: Fishantren, Cara Berdayakan Santri Belajar Bisnis PerikananPesantren yang telah memiliki unit usaha kuat dapat mengajak pesantren lainnya agar turut meningkatkan ekonominya, sehingga terjadi interaksi untuk saling belajar dan memotivasi.
“Oleh karena itu selain mematangkan pelaksanaan program inkubasi bisnis tahun ini, kita juga harus fokus melakukan evaluasi berkelanjutan pada Program Inkubasi Bisnis tahun-tahun sebelumnya. Penekanannya terutama pada pentingnya pendampingan intensif terhadap usaha yang dijalankan pesantren,” ucap Nuruzzaman.
Nuruzzaman juga menekankan pentingnya membentuk Sumber Daya Manusia yang memiliki jiwa enterpreneur dan siap membangun pesantren.
"Pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami peningkatan usia produktif atau bonus demografi, maka santri harus turut mengambil peran. Salah satunya adalah dengan memahami segala ilmu menyangkut kewirausahaan sehingga siap dan mampu menghadapi tantangan di kemudian hari,” kata Nuruzzaman.
Baca juga: 105 Ponpes Siap Bentuk Badan Usaha Milik Pesantren(est)