LANGIT7.ID, Jakarta - Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI)
ChatGPT, kian meresahkan karena dinilai dapat menggantikan posisi manusia dalam hal pekerjaan. Padahal, sebetulnya tidak demikian.
ChatGPT OpenAI merupakan sebuah situs web kecerdasan buatan. Dalam hal ini, manusia bisa menggunakannya untuk membuat artikel, tulisan, bertanya hal, dan sebagainya.
Periset ekonomi McKinsey Global Institute, Anu Madgavkar mengatakan, teknologi AI justru dapat memberikan kemudahan untuk kerja manusia. Sehingga urusan teknologi ini mesti dimanfaatkan dengan bijak.
Baca Juga: OpenAI Bayar Rendah Buruh Asal Kenya Kembangkan ChatGPTTeknologi ini bila dimanfaatkan dengan baik justru dapat membantu banyak pekerjaan dalam sebuah industri, termasuk dalam pendidikan dan kerja perusahaan. "Ini hampir seperti peningkatan produktivitas yang mungkin didapat dari beberapa pekerjaan ini," kata Anu, dilansir dari Insider, Rabu (15/2/2023).
Menurutnya, ChatGPT tidak akan menggantikan pekerjaan manusia dalam waktu dekat. Sebaliknya, teknologi AI tersebut bisa memudahkan pekerjaan, karena fungsinya yang mengesankan.
Tampilan situsnya berkonsep chatbot AI, di mana pengguna bisa bertanya dan memerintahkannya untuk memberi penjelasan maupun membuat sebuah karya tulis, dan pekerjaan lainnya.
Diluncurkan pada November lalu, ChatGPT kian menarik minat banyak orang di seluruh dunia. Teknologi AI berbasis chat ini melakukan pekerjaan sesuai perintah penggunanya.
Bahkan, banyak investor yang telah menggelontorkan ratusan juta dolar ke teknologi AI ini. Di antara mereka meyakini bahwa teknologi AI berpotensi untuk memecahkan masalah manusia, termasuk dalam sektor kesehatan dan pemasaran.
Baca Juga: Tantangan Karier Gen Z Harus Mampu Bersaing dengan AI"Kita semua perlu beradaptasi dengan teks generatif. Seperti halnya dengan matematika menggunakan kalkulator," ujar CEO ChatGPT, Sam Altman.
"Ini adalah versi yang lebih ekstrem dari itu, tidak diragukan lagi. Tapi juga dengan manfaatnya yang lebih ekstrem," tambahnya.
Namun demikian, tentu saja para pengguna, khususnya pelajar dan para pekerja mesti menggunakannya dengan bijak. Pasalnya, teknologi AI tersebut masih rentan akan kesalahan informasi. Hal itulah yang membuat sebagian besar perusahaan di dunia belum menetapkan aturan formal seputar penggunaan alat AI.
Meski begitu, Microsoft sudah memberikan lampu hijau bagi karyawannya untuk bisa memanfaatkan chatbot tersebut demi tujuan kerja. Dengan catatan, mereka tidak menggunakannya untuk berbagi informasi sensitif dengan situs tersebut.
"Benar sekali bahwa aplikasi AI seperti ChatGPT sangat meningkatkan kehidupan pekerja," ucap senior di Brookings Institute, Mark Muro.
Baca Juga:
Makalah Mahasiswa Terlalu Bagus, Ternyata Pakai ChatGPT
Cegah Siswa Nyontek, Sekolah di New York Blokir ChatGPT(gar)