LANGIT7.ID-, Jakarta- - Usai hari pencoblosan pada Rabu, 14 September 2024 dugaan kecurangan pemilihan presiden (pilpres) menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Publik menyoroti adanya perbedaan perolehan angka suara dari formulis C dengan unggahan di Sirekap. Kondisi ini disebut menguntungkan salah satu pihak, sekaligus merugikan paslon lain.
Menanggapi hal itu, ulama KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya mengatakan, orang yang mengubah angka suara maka orang tersebut telah berdusta.
Meski, tambahnya, tindakan tersebut dilakukan untuk memenangkan calon yang dianggap baik dan jujur.
Baca juga:
Budaya Politik Indonesia Cenderung pada Harmoni, Namun Oposisi Tetap Dibutuhkan"Kalau cara Anda dengan berdusta merubah angka, Anda berbohong. Berarti Anda sudah bukan karena Allah membelanya. Orang-orang seperti itu nggak akan bisa menjadi pembela pemimpin yang benar. Biar pun pemimpinnya benar," kata Buya Yahya dikutip dari chanel Youtube Al Bahjah TV, Senin (19/2/2024).
"Anggap saja calonnya dua, yang satu Firaur, satu Musa. Kalaupun Anda membela Nabi Musa namun dengan cara berbohong, Anda bukan lagi karena Allah," sambungnya.
Buya Yahya pun menekankan bahwa tujuan yang baik namun dilakukan dengan cara tidak baik, maka hasilnya akan jelek.
"Bisa saja orang yang mendukung kebaikan ingin mendukung kebaikan dengan cara tidak baik. Wong ada kisah pada zaman itu ada orang yang mengarang hadist, pendusta hadist, gara-gara ingin memperjuangkan Al-Qur'an," kata Buya Yahya.
"Jadi semuanya mungkin, yang penting dusta itu enggak benar," tekannya.
Terkait dugaan kecurangan Pemilu 2024, Buya Yahya meminta umat untuk membebaskan diri dan menata hati.
“Kecurangan yang selama ini dimuat di media, misalnya, tidak boleh menjadikan sebab kita bermusuhan, caci maki. Sebab banyak di antara pendukung 01, 02, 03 mereka tulus sesuai dengan pengetahuannya. Kalau ada pemain salah satu yang gak benar, itu pemainnya (oknum),” tutur Buya Yahya
(ori)