LANGIT7.ID-, Jakarta - Bisma Asif, seorang wanita Muslim berusia 28 tahun dari Lahore, mencatat sejarah sebagai
anggota parlemen Muslim pertama di Queensland, negara bagian
Australia.
Bisma Asif dikenal fasih berbahasa Hindi, Urdi, dan Inggris, selain bahasa ibunya Punjabi. Kelebihannya menggunakan empat bahasa inilah yang membawa Bisma menjadi Muslim pertama yang terpilih sebagai anggota Parlemen Queensland, Sabtu (2/11/2024) kemarin.
“Dapat berbicara kepada beberapa pemilih dalam bahasa mereka sendiri – Saya jelas melihat perubahan dari reaksi mereka,” kata Asif, dikutip The Guardian, Senin (4/11/2024).
Baca juga: Nadia Kahf, Muslimah Berhijab Pertama Jadi Hakim di AmerikaAsif yakin, pencapaiannya sebagai kandidat muda, berkulit coklat dan lahir di luar negeri memberi harapan bagi keluarga-keluarga
imigran baru akan masa depan mereka.
“Pada akhirnya, apa pun yang diinginkan setiap orang adalah agar anak-anak mereka mempunyai kehidupan yang lebih baik daripada mereka,” kata Asif.
“Dan menurut saya itulah yang dilihat banyak orang ketika saya datang ke rumah mereka.”
Perjalanan Asif menggambarkan narasi klasik imigran dalam mengatasi kesulitan.
Asif tiba di Australia saat berusia delapan tahun. Kala itu, ia masih kesulitan
berbahasa Inggris. Namun, Asif bekerja keras untuk berintegrasi.
“Saya ingat saya sangat bingung,” kenangnya.
Ia pun mengingat bagaimana dirinya membantu adik perempuannya menyesuaikan diri di sekolah.
“Dari apa yang saya ingat, itu tidak mudah – tetapi kami berhasil mencapainya.”
Baca juga: Kisah Ilhan Omar, Muslimah Pengungsi Somalia Jadi Anggota Kongres AmerikaBahasa bukanlah satu-satunya hambatan yang Asif atasi. Sebagai seorang
sarjana ekonomi di Universitas Queensland, ia memiliki tiga pekerjaan sekaligus – di toko kebab, kedai pizza, dan call center - untuk menghidupi keluarganya, mengalami pencurian gaji, dan masa sakit.
Identitas Muslim Mengenai identitas Muslimnya, Asif menggambarkannya sebagai hal yang pribadi.
“Saya akan menggambarkan diri saya sebagai Muslim. Agama saya penting bagi saya, tapi pada akhirnya, itu adalah hubungan yang saya miliki dengan diri saya sendiri.”
Pemilihannya menginspirasi orang lain yang berlatar belakang migran, khususnya perempuan muda. Dia ingat para pemilih mengatakan kepadanya bahwa pencalonannya memungkinkan putri mereka membayangkan diri mereka dalam politik.
“Saya pikir hal itu memiliki kekuatan yang sangat besar,” katanya.
“Saya juga sangat bersemangat untuk melihat apa dampaknya bagi orang lain, yang memiliki cerita yang sangat mirip, kisah migran, seperti saya.”
Baca juga: Arbeen Tahir, Gadis Kashmir Tulis Tangan Mushaf Al-Quran 900 HalamanBagi Asif, kesuksesannya merupakan perpaduan antara “spektakuler dan biasa”.
Ia melihat pencapaiannya sebagai cerminan “Australia modern” – sebuah negara yang dibentuk oleh beragam latar belakang, perjuangan bersama, dan impian untuk masa depan yang lebih baik.
(est)