LANGIT7.ID-, Jakarta- - Arab Saudi kembali menjadi sorotan dunia setelah terungkap 21.000 pekerja migran dilaporkan meninggal dunia selama pembangunan proyek 'The Line', sebuah kota pintar linear yang telah direncanakan tujuh tahun lalu.
Megaproyek ini merupakan bagian dari NEOM yang berlokasi di pesisir barat laut Arab Saudi yang berbatasan dengan Mesir. Kota futuristik ini dirancang untuk menampung sembilan juta penduduk dalam area seluas 34 kilometer persegi.
Berdasarkan dokumenter Kingdom Uncovered: Inside Saudi Arabia yang ditayangkan ITV, lebih dari 21.000 pekerja asal India, Bangladesh, dan Nepal telah kehilangan nyawa sejak konstruksi dimulai pada 2017. Angka ini setara dengan delapan kematian setiap hari sejak proyek dimulai.
Baca juga:
Mengintip Oxagon, Kota Masa Depan Berbentuk Segi Delapan di Arab SaudiYang lebih mengkhawatirkan, tercatat 100.000 pekerja dilaporkan menghilang tanpa jejak. Para pekerja mengungkapkan kondisi kerja yang tidak manusiawi, termasuk jam kerja panjang, pencurian upah, dan pelanggaran HAM. Mereka mengaku diperlakukan seperti "budak yang terjebak" dan "pengemis".
Kerajaan Arab Saudi juga telah memaksa 20.000 penduduk asli untuk mengosongkan wilayah demi pembangunan NEOM, yang mencakup 'The Line' sebagai bagian dari kota mega futuristik dekat Laut Merah.
Struktur raksasa ini direncanakan memiliki panjang 170 km, tinggi 500 m, dan lebar 200 m dengan biaya pembangunan mencapai 500 miliar dolar AS (sekitar Rp 7.800 triliun). Dewan Ketenagakerjaan Luar Negeri Nepal melaporkan 650 kematian warga Nepal masih belum terjelaskan.
Dalam dokumenter ITV, seorang pekerja Nepal bernama Raju Bishwakarma sempat menghubungi keluarga dan teman-temannya meminta pertolongan sebelum ditemukan tewas. Diduga majikannya hanya akan mengizinkannya pulang jika membayar gaji lima bulan.
Artikel Wall Street Journal tahun lalu mengungkap banyak eksekutif senior NEOM menghadapi tuduhan korupsi dan rasisme. Wayne Borg, eksekutif asal Australia, diduga mengatakan bahwa pekerja Asia Selatan adalah "orang-orang bodoh", dan itulah "mengapa orang kulit putih berada di puncak hierarki."
Beberapa firma arsitektur telah mundur dari proyek ini setelah pelanggaran HAM terungkap ke publik.
(lam)