LANGIT7.ID -- Alkisah, Nafi pergi bersama
Ibnu Umar ke beberapa daerah di pinggir kota. Ikut pula beberapa orang, lalu mereka membuka hidangan untuk makan. Tak lama kemudian, seorang anak penggembala melewati mereka. Maka Ibnu Umar berkata kepadanya, “Ayo nak, mari makan.”
Penggembala itu menjawab: “Saya sedang puasa.”
Lalu Ibnu Umar berkata, “Pada hari panas seperti ini sedangkan engkau sedang
menggembala kambing di antara pegunungan, engkau berpuasa?”
Sang anak menjawab, “Aku ingin memanfaatkan waktu yang senggang.”
Ibnu Umar terpesona dengan anak tersebut, lalu dia berkata, “Apakah engkau bersedia menjual seekor kambing dari gembalamu, lalu akan kami sembelih dan kamu akan kami berikan makan dengan dagingnya lalu kami akan berikan uangnya.”
Sang penggembala menjawab: “Ini bukan milik saya, tapi milik tuan saya.”
Ibnu Umar berkata, “Bukankah engkau dapat mengatakan kepadanya bahwa seekor srigala telah memangsanya.”
Baca juga:
Kisah Abu Dzar Al-Ghifari: Sahabat Nabi Paling Radikal, Mencaci Maki BerhalaLalu sang anak tersebut pergi sambil mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, “Di mana Allah?”
Maka Ibnu Umar selalu mengulang-ulang perkataan, “Si penggembala berkata, ‘Di mana Allah?’.
Setelah tiba di Madinah, beliau mengirim utusan kepada tuan anak tersebut untuk membeli budak tersebut beserta gembalanya, lalu sang budak dimerdekakan dan hewan ternaknya diberikan kepadanya. Semoga Allah merahmatinya.”
Kisah ini dinukil dari "
Kitab Sifatush-Shafwa" karya Ibnu Jauzi. Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini membangun hubungan kepada Allah, rasa takut kepada-Nya baik sendiri maupun ramai, menumbuhkan perasaan selalu diawasi dalam diri. Sebagaimana ungkapan sang penyair:
“Jika engkau sedang sendiri, jangan katakan aku sedang sendiri, akan tetapi katakan, aku ada yang mengawasi.
Jangan kau kira Allah lalai walau sesaat, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya apa yang engkau sembunyikan.
Baca juga:
Mengapa Umar Bin Khattab Melarang Perkawinan Sahabat Nabi dengan Ahlul KitabDemikian pula dengan perkataan Ibnu Sammad;
Wahai orang pendosa, tidakkan engkau malu kepada Allah saat sendiri dan yang keduanya adalah Allah..
Engkau terpedaya hingga tidak tunduk kepada Tuhanmu yang menunda balasannya dan menutup aibmu sepanjang keburukanmu.
(mif)