LANGIT7.ID-, Jakarta - -
Sound horeg menjadi fenomena yang tengah digandrungi di sebagian wilayah Jawa Timur. Aksi hiburan keliling ini memanfaatkan tumpukan sound system dengan volume tinggi yang dapat menimbulkan getaran.
Awalnya penggunaan sound horeg ditujukan untuk acara
pernikahan atau hajatan. Namun seiring waktu pemanfaatannya menimbulkan
konflik di tengah masyarat.
Baca juga: Alasan Ponpes Besuk Haramkan Sound Horeg: Langgar Syariat IslamDi samping itu, ada bahaya yang mengintai kesehatan pendengaran dari
suara bising yang dihasilkan sound horeg.
Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, dr. Gina Noor Djalilah, Sp.A,MM mengingatkan bahwa tingkat suara yang dihasilkan sound horeg bisa mencapai 120–135 desibel (dB).
Angka ini, kata dr Gina, jauh melebihi ambang batas aman bagi
telinga manusia.
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tingkat kebisingan tidak lebih dari 70 dB. Sementara paparan di atas 85 dB sudah berisiko merusak jika terpapar dalam waktu lama. Suara sound horeg jauh melampaui batas itu," ujar Gina Dosen FK UM Surabaya dalam keterangannya di laman UM Surabaya, dikutip Rabu (9/7/2025).
Paparan suara keras yang dihasilkan sound horeg ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di koklea, bagian dalam telinga yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak.
Kerusakan ini bersifat irreversibel karena sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali.
"Awalnya mungkin hanya terasa sulit mendengar percakapan di tengah keramaian. Namun jika terus terpapar, bisa berujung pada ketulian," jelas dr. Gina.
Baca juga: Soal Sound Horeg Haram, MUI: Tidak Cukup dengan FatwaSelain kehilangan pendengaran, suara bising sound horeng dapat mengakibatkan tinnitus atau dengingan terus-menerus di telinga, hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara), hingga risiko pecahnya gendang telinga.
"Bahkan sistem keseimbangan tubuh yang juga dikendalikan oleh telinga bagian dalam bisa terganggu, serta menimbulkan rasa pusing atau vertigo," jelas dr Gina.
Gina menyoroti masalah kesehatan lain dari soun horeg, seperti stres, kecemasan, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, hingga risiko penyakit jantung.
"Paparan bising kronis bisa memicu lonjakan hormon stres, dan dalam jangka panjang berdampak ke kondisi fisik maupun mental," tambahnya.
Pada anak-anak dan remaja, kondisi tersebut dapat berdampak pada turunnya daya konsentrasi dan produktivitas. Tak sedikit pula yang mengeluhkan sakit kepala atau kesulitan berkomunikasi akibat lingkungan yang terlalu bising.
Karena itu, dr Gina mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap paparan suara keras.
Pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari posisi dekat speaker, menggunakan pelindung telinga, serta memberi waktu istirahat bagi telinga setelah terpapar kebisingan.
“Jika muncul gejala seperti telinga berdenging, nyeri, atau penurunan kemampuan mendengar setelah terpapar suara keras, sebaiknya segera periksa ke dokter THT. Jangan tunggu sampai terlambat,” tegasnya.
Baca juga: Bos Sound Horeg Sebut Fatwa Haram Buat Indonesia Sulit Maju(est)