LANGIT7.ID-Para ulama sepakat: kedatangan Imam Mahdi adalah awal tanda besar
kiamat. Lalu mengapa banyak orang masih suka meramal waktunya?
Yusuf Suharto, penulis buku
Ahlussunnah wal Jamaah: Fikih dan Landasan Amaliyah, menegaskan bahwa banyak ulama menyatakan datangnya Imam Mahdi adalah awal dari tanda-tanda besar kiamat. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa tahun 2025 misalnya adalah tahun terjadinya kiamat.
Dalam diskusi bedah buku, Yusuf mengingatkan bahwa kiamat selalu diawali dengan tanda-tanda yang jelas. Imam Mahdi belum datang, begitu pula tanda-tanda lain seperti terbitnya matahari dari barat. “Kiamat tidak langsung tiba-tiba tanpa kedatangan
Imam Mahdi dan tanda lain,” ujarnya.
Ada pula perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang makna hadis-hadis akhir zaman. Karena itu, Yusuf menyerukan kehati-hatian dalam menjelaskan hadis-hadis ini. “Jangan sampai kita memastikan tahun kapan hari kiamat,” katanya. Para ulama dulu pun, lanjut Yusuf, menjelaskan hadis-hadis tanda kiamat dengan bahasa ringkas karena sikap hati-hati mereka.
Baca juga: Kiamat Tak Lagi Rahasia: Ini Tanda-Tanda dari Langit dan Bumi Di sisi lain, dai kondang Miftah Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah menolak ikut-ikutan memberi prediksi pribadi. Saat ditanya tentang ramalan kiamat pada 15 Ramadan, ia hanya membaca ayat Al-Qur’an. “Ini pandangan Al-Qur’an,” katanya sambil membaca QS Ṭāhā ayat 15:
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا تَسْعَىٰ“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Sepuluh Tanda BesarHadis-hadis sahih sendiri menyebut bahwa sebelum kiamat datang, akan muncul sejumlah tanda besar yang dahsyat. Salah satu hadis sahih riwayat Imam Muslim menyebut sepuluh tanda besar tersebut, diriwayatkan dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْBaca juga: Kiamat yang Tak Melulu Menakutkan: Tafsir Spiritual yang Menghibur dan Menenangkan Artinya: "Rasulullah ﷺ menghampiri kami saat kami tengah membicarakan kiamat. Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Lalu beliau menyebut: kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana di timur, barat, dan Jazirah Arab, serta terakhir api yang muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat berkumpul mereka."
Urutannya Masih MisteriImam Al-Qurṭūbī seperti dikutip *nu.or.id*, menjelaskan bahwa sepuluh tanda itu belum tentu terjadi berurutan. Ada riwayat lain yang menyebut tiga gerhana terjadi lebih dulu. Namun itu pun masih diperdebatkan. Menurut Al-Qurṭūbī, kejadian tiga gerhana sudah pernah terjadi di masa Rasulullah ﷺ, sementara yang lain masih ditunggu.
Karena itu, para ulama menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang tanda-tanda kiamat bukanlah kepastian urutan, melainkan prediksi Rasulullah ﷺ. Bahkan waktu kejadiannya pun tidak diketahui secara pasti.
Al-Qur’an pun telah menegaskan hal ini. Ketika Rasul ﷺ ditanya tentang kapan kiamat, beliau hanya menjawab dengan firman Allah dalam QS Al-Aʿrāf ayat 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ"Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sungguh, pengetahuan tentang kiamat itu hanya pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.’"
Baca juga: Kiamat dan Kemunculan Dajjal: Kisah Safi ibn Sayyad Fakhruddin Ar-Razi menyebutkan hikmah dirahasiakannya waktu kiamat adalah supaya manusia terus beribadah, menjauhi maksiat, dan tidak lengah kapan pun waktunya datang.
Sementara ramalan demi ramalan kiamat terus bermunculan, para ulama mengajak umat untuk tetap fokus pada amalan, bukan pada tanggal. Sebab, seperti disampaikan Rasulullah ﷺ, hari itu akan datang tanpa seorang pun mengetahui kepastiannya.
(mif)