Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 30 Oktober 2025
home masjid detail berita

Mengetuk Langit: Saat Doa Tak Lagi Sekadar Permintaan

miftah yusufpati Selasa, 28 Oktober 2025 - 16:57 WIB
Mengetuk Langit: Saat Doa Tak Lagi Sekadar Permintaan
Dalam Islam, doa adalah inti usahatanda ketundukan, kekuatan jiwa, dan jalan pulang menuju Tuhan. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Di antara hiruk-pikuk zaman yang serba instan, **doa** sering kali terpinggirkan—disamakan dengan mantra atau sekadar pelipur ketika semua ikhtiar gagal. Namun dalam pandangan Islam, doa justru adalah puncak ikhtiar, bukan pelengkapnya.

“Doa itu bukan sekadar meminta. Ia adalah bentuk pengakuan paling dalam bahwa kita ini lemah,” tulis Syekh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Al-Jawabul Kafi. Ia menyebut doa sebagai “senjata mukmin” yang dapat menembus batas ruang dan waktu.

Dalam “Meraih Do’a Mustajab”, artikel yang bersumber dari hadits-hadits sahih, doa digambarkan sebagai “bukti ketergantungan seorang hamba kepada Rabb-nya”. Rasulullah ﷺ bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
“Doa itu adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, berdoa bukanlah tindakan pasif, melainkan bagian dari spiritualitas aktif—cara manusia bernegosiasi dengan takdir melalui penyerahan total kepada Sang Pencipta.

Namun sebagian orang merasa malu berdoa terlalu banyak. Mereka khawatir dianggap tidak qana’ah, tidak bersyukur. Sikap ini, menurut para ulama, adalah kesalahpahaman teologis. Rasulullah ﷺ menegaskan:

إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya barangsiapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

Dalam tafsir Fath al-Bari, Imam Ibn Hajar menulis bahwa murka Allah terhadap orang yang enggan berdoa menunjukkan bahwa meninggalkan doa sama dengan menolak posisi Allah sebagai sumber segala nikmat.

Bagi para sufi, doa bukan sekadar permintaan rasional, melainkan jalan menuju kehadiran Ilahi. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebut doa sebagai “cermin tauhid”—karena di dalamnya terkandung kesadaran bahwa tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah:

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Doa adalah bentuk kehambaan yang paling jujur,” tulis Al-Ghazali.

Rasulullah ﷺ juga menegaskan bahwa doa tidak pernah sia-sia. Bahkan ketika tidak dikabulkan, ia tetap bernilai.

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ، أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
“Tidak ada seseorang yang berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah akan memberinya apa yang diminta, atau menahan keburukan darinya yang semisal dengan yang ia minta, selama tidak berdoa untuk dosa atau memutus silaturahim.” (HR. Ahmad)

Dalam logika spiritual Islam, doa selalu menghasilkan sesuatu—baik nyata maupun ghaib.

Dari perspektif psikologi modern, pandangan ini sejalan dengan teori spiritual coping yang dikemukakan Kenneth Pargament (1997). Doa, kata Pargament, memperkuat makna dan daya lenting seseorang dalam menghadapi tekanan hidup. Dengan berdoa, individu menegaskan kembali relasinya dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya.

Bagi seorang mukmin, doa bukanlah pengganti kerja keras, tetapi ruh yang menggerakkannya. Doa dan ikhtiar berjalan beriringan, seperti sayap burung yang tak bisa terbang hanya dengan satu sisi. “Doa tanpa usaha adalah angan-angan; usaha tanpa doa adalah kesombongan,” ujar Syekh Yusuf al-Qaradawi dalam Al-Ibadah fi al-Islam (1992).

Dalam sunyi malam, ketika dunia menutup jendela sibuknya, doa menjadi ruang paling pribadi antara manusia dan Pencipta. Di situlah setiap keluh menjadi kejujuran, setiap harap menjadi kekuatan. Doa bukan sekadar alat untuk mengubah keadaan, melainkan sarana untuk mengubah diri sendiri.

Dan mungkin, di situlah rahasia terbesar doa: bukan soal dikabulkan atau tidak, tetapi tentang bagaimana ia membuat seorang manusia kembali tahu arah pulang.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 30 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:54
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan