Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 19 November 2025
home masjid detail berita

Utsman bin Affan: Kisah Persia dan Romawi di Belakang Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia

miftah yusufpati Senin, 17 November 2025 - 17:00 WIB
Utsman bin Affan: Kisah Persia dan Romawi di Belakang Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia
Dua imperium tua itu berusaha merebut ulang pengaruh yang hilang. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Gempita angin Kaukasus belum sirna ketika gelombang pemberontakan kembali menggulung Azerbaijan. Di balik pusaran itu, Armenia bergerak gelisah. Di masa awal kekhalifahan Utsman bin Affan, dua wilayah pegunungan ini menjadi simpang sejarah: tempat ambisi Persia dan Romawi dipertaruhkan ulang, dan tempat pasukan Muslimin menguji ketangguhan mereka pada poros dunia lama.

Narasi klasik tentang pergolakan Azerbaijan dan Armenia berkelindan dalam karya-karya sejarawan awal Islam. Tabari, Balazuri, hingga Ibn al-Atsir menyingkap riwayat yang tak selalu sejalan, namun menggambarkan pola yang serupa: dua kekuatan besar di luar perbatasan — Persia Sasanid yang belum sepenuhnya tumbang dan Romawi Timur yang masih defensif — memandang gejolak lokal sebagai peluang.

Sebelum Utsman naik sebagai khalifah, wilayah itu berada dalam pusaran kekuasaan ganda. Armenia terbagi dalam empat distrik besar sebagaimana ditulis Balazuri dalam Futuh al-Buldan, sementara Azerbaijan menjadi zona perlintasan antara Syam, Irak, dan dataran tinggi Persia. Sisa-sisa pengaruh Sasanid masih berdenyut di sisi timur, sementara prajurit Romawi menunggu di perbatasan barat, menakar momentum untuk bangkit.

Ketika Walid bin Uqbah menyelesaikan penaklukan Azerbaijan, Tabari meriwayatkan bahwa Armenia melihat ruang untuk membalas tekanan lama. Mereka menguatkan koalisi dengan suku-suku tetangga yang condong pada Persia, lalu mendorong gelora perlawanan. Balazuri mencatat bahwa Utsman segera memerintahkan Muawiyah mengirim Habib bin Maslamah menuju Armenia, sementara Salman bin Rabi'ah memimpin operasi dari arah Persia. Dua poros bergerak bersamaan, seolah menutup pintu bagi Armenia mencari sokongan eksternal.

Di sisi lain, Bizantium tidak tinggal diam. Kabar tentang gelora perlawanan membuat Konstantinopel mengerahkan armada lewat Antakiah. Para ahli sejarah modern seperti Hugh Kennedy dalam The Prophet and the Age of the Caliphates menduga bahwa Bizantium melihat kekacauan lokal sebagai kesempatan emas: jika Armenia kembali memihak mereka, jalur Kaukasus dapat menjadi benteng bagi Syam, yang saat itu baru saja jatuh kepada Muslimin.

Namun strategi itu tak berjalan mulus. Pasukan gabungan Syam dan Irak yang dipimpin Habib dan Salman bergerak cepat. Dalam laporan Tabari, pertempuran demi pertempuran menghasilkan pembebasan kota-kota perbatasan dan pengusiran pasukan Romawi yang mencoba masuk dari utara. Armenia akhirnya jatuh ke dalam orbit kekuasaan Muslimin — bukan sebagai wilayah stabil, tetapi sebagai kawasan rapuh yang terus diawasi.

Historiografi modern berusaha mempertemukan variasi riwayat yang saling bertentangan itu. Patricia Crone, dalam karyanya The Early Islamic World, menegaskan bahwa kawasan Kaukasus pada abad ke-7 memang merupakan ajang tarik-menarik dua imperium yang baru saja kehilangan pusat gravitasi. Kekhalifahan Rasyidun, dengan kepemimpinan Utsman, masuk sebagai aktor ketiga yang memaksa dua kekuatan lama mundur lebih jauh.

Pada akhirnya, pergolakan Azerbaijan dan Armenia bukan sekadar pemberontakan lokal. Ia adalah gema dari perebutan pengaruh antara Persia dan Romawi yang belum sepenuhnya usai. Di tengah pusaran itulah pasukan Muslimin mengokohkan posisinya, menutup celah bagi dua imperium lama yang mencoba bangkit dari puing sejarah.

Kemenangan itu menegaskan satu hal yang ditulis Haekal dalam Sirah Utsman: terbunuhnya Umar dan naiknya Utsman tidak mengurangi kewibawaan Muslimin. Justru pada masa-masa itu, stabilitas wilayah luas Syam dan Persia kembali dipatri. Di Kaukasus, peta kekuasaan berubah, dan perubahan itu bergema sampai jauh kemudian.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 19 November 2025
Imsak
03:55
Shubuh
04:05
Dhuhur
11:42
Ashar
15:04
Maghrib
17:54
Isya
19:07
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan