LANGIT7.ID, Jakarta -  Pemuda merupakan ujung tombak perubahan. Dengan begitu, mereka harus memiliki bekal utama dalam melakukan setiap gerakan agar tidak salah arah. Modal tersebut sudah dipaparkan Buya Hamka melalui beberapa buku yang didedikasikan untuk para pemuda.
Sejarawan Tiar Anwar Bachtiar menyebut dua contoh buku karya Buya Hamka yang bercerita tentang pemuda, yakni Dari Lembah Cita-Cita dan Dari Hati ke Hati. Ada dua hal utama yang wajib dimiliki para pemuda untuk menjadi generasi unggul.
Baca Juga: Menilik Karakter Pemuda Islam yang Ideal Menurut Buya Hamka
Pertama, pemahaman terhadap agama. Poin ini sangat dasar dan fundamental bagi pemuda, terutama pemuda Islam. Sebab, pemahaman terhadap agama membekali seorang pemuda dengan ideologi. Ideologi itu daya dorong yang akan menggerakkan jiwa perjuangan.
“Kalau pemuda tidak berbasiskan kepada agama, itu tidak akan lahir aqidah. Kalau tidak lahir aqidah, maka tidak akan lahir akhlak,” kata Tiar dalam serial Jejak Hamka yang digelar secara daring, Rabu malam (28/10/2021).
Padahal, kata dia, aqidah dan akhlak yang berbasis agama merupakan satu bagian sangat fundamental untuk menggerakkan semangat anak muda. Itu agar semangat mereka sampai pada titik puncak hakikat dalam mengarungi kehidupan.
Ketika pemuda meninggalkan agama, dia tidak akan punya aqidah dan tak akan lahir akhlak yang baik. Maka yang akan terjadi pada diri pemuda adalah pragmatisme. Jika demikian, pemuda hanya digerakkan dengan niat-niat atau tujuan duniawi semata.
Hal itu memendekkan cita-cita, bukan untuk membangun bangsa di masa mendatang, memberikan kontribusi kepada perubahan dan perbaikan umat dan masyarakat. Tapi hanya sekadar mencari keuntungan saja bagi dirinya. Makanya Hamka sangat menekankan, apalagi pemuda islam, agama itu merupakan titik tolak yang sangat tidak bisa ditawar-tawar, tidak bisa ditukar dengan apapun,” kata Tiar.
Kedua, pemuda harus paham sejarah. Bagi Hamka, pemuda harus memahami sejarah. Beliau mengisyaratkan, anak-anak muda yang punya jangkauan masa depan hanya dimiliki oleh mereka yang mempunyai referensi sejarah.
“Dia tahu kehidupan masa lalu, tahu tentang jati dirinya, tahu tentang sejarah bangsanya, tahu orang-orang hebat, orang yang punya dedikasi pada kemanusiaan. Artinya, pemuda selain belajar agama dia juga harus belajar sejarah,” ucap Tiar.
Sejarah akan memberikan energi yang lain. Agama dan aqidah yang kokoh ditambah pemahaman terhadap sejarah akan melengkapi semangat pemuda. Sisanya, pemuda tentu harus melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan untuk menghadapi perkembangan zaman.
(jqf)