Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Pelopor Sekolah Islam Modern di Indonesia

Muhajirin Senin, 08 November 2021 - 19:41 WIB
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Pelopor Sekolah Islam Modern di Indonesia
Masjid Agung Al Azhar dan Komplek Sekolah Al Azhar di Jakarta (foto: alazharmemorialgarden.co)
LANGIT7.ID - Pada 7 April 1952, 14 tokoh muslim bermusyawarah dan bersepakat mendirikan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar. Kini, YPI telah mendirikan sejumlah sekolah Islam modern yang tersebar di kota-kota besar Indonesia seperti Yogyakarta, Pontianak, Makassar, hingga Semarang.

Salah seorang pencetus gagasan pendirian yayasan ini adalah dr Syamsuddin (Menteri Sosial RI kala itu) yang didukung Sjamsurijal (Walikota Jakarta Raya). Sementara pendiri lain di antaranya Soedirjo, Tan In Hok, Gazali Syahlan, H. Sjuaib Sastradiwirja, Abdullah Salim, Rais Chamis, Ganda, Kartapradja, Sardjono, H. Sulaiman Rasjid, Faray Martak, Jacub Rasjid, Hasan Argubie, dan Hariri Hady.

Setelah sepakat, para tokoh tersebut memperoleh sebidang tanah di Kebayoran, yang kala itu menjadi daerah sentral di Ibukota Jakarta. Pada 1953, mereka mulai membangun sebuah masjid besar dan rampung pada 1958, yang kemudian diberi nama Masjid Agung Kebayoran.

Pada 1961, saat Mahmoud Syaltout, Grand Syekh Al-Azhar Cairo berkunjung ke Tanah Air ia menyempatkan diri mampir di Masjid Agung Kebayoran. Ia disambut sang sahabat, Prof. Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Buya Hamka) yang kala itu menjadi Imam Masjid Agung Kebayoran.

Dalam kunjungan tersebut, Syekh Mahmoud berkenan memberikan nama Al-Azhar untuk masjid tersebut, sehingga namanya pun diubah menjadi Masjid Agung Al-Azhar.

Seiring waktu, aktivitas di masjid tersebut kian padat. Awalnya hanya masyarakat sekitar yang beribadah dan mengikuti kegiatan majelis taklim di masjid itu, namun kini jamaah Masjid datang dari berbagai lapisan masyarakat. Tidak hanya umat Islam yang bermukim di kawasan elit Kebayoran Baru, namun ada pula dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, dan lain-lain.

Kegiatan dakwah di masjid itu tidak bisa dilepaskan dari peran Buya Hamka. Figur Buya Hamka sangat tersohor. Beliau seorang ulama, penulis, dan sastrawan. Sehingga kalimat-kalimat dari ceramahnya mengandung kesejukan dan santun. Ceramah beliau mengikat hati masyarakat Indonesia, terutama acara Kuliah Subuh yang disiarkan RRI.

Di samping itu, Buya Hamka juga mendorong tumbuh dan berkembangnya sekolah-sekolah Islam Al-Azhar yang berpusat di kompleks Masjid Agung Al-Azhar. Kegiatan dakwah dan sekolah itu kian hari semakin mendapat perhatian dari masyarakat. Sehingga, nama Al-Azhar kian tersohor dan sangat melekat dengan sosok Buya Hamka.

Saat itu, Buya Hamka tinggal di Jl. Raden Patah III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tepat bersebelahan dengan Masjid Agung Al-Azhar. Ia telah memimpin shalat lima waktu di masjid itu sejak pertama kali digunakan pada 1958.

Sampai saat ini, terdapat 25 kelompok kegiatan di Kompleks Masjid Agung Al-Azhar. Di antaranya majelis taklim, pengajian, kursus, ceramah umum, diskusi, pelayanan kesehatan, pelayanan jenazah, bimbingan perjalanan haji dan umrah, pencak silat, madrasah diniyah (PIA), pendidikan formal, hingga pelayanan perbankan dan travel biro.

Baca Juga: Mengenal Keunggulan Kurikulum Cambridge yang Banyak Diterapkan di Sekolah Internasional

Kurikulum Pendidikan

Salah satu prestasi terbesar Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar adalah pendirian Sekolah Al-Azhar pada 1963. Sekolah itu merupakan pelopor sekolah Islam modern di Jakarta. Sekolah tersebut dilengkapi fasilitas pendidikan lengkap dan tenaga pengajar berkualitas.

YPI Al-Azhar berhasil mengembangkan pendidikan dengan 26.000 murid dari berbagai tingkatan mulai TK, SD, hingga SMA. Bahkan belakangan Universitas Al-Azhar juga berdiri. Al-Azhar tidak bisa dilepaskan dari kelompok masyarakat Islam yang ingin terikat dengan pendidikan Islam namun juga tidak mau tertinggal dari modernitas.

Konsep pendidikan Al-Azhar memang didasarkan pada pemantapan aqidah atau keyakinan. Pemantapan aqidah itu harus ditransfer kepada kurikulum pendidikan yang ada. Kurikulum Al-Azhar dikenal dengan kurikulum nasional berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala.

Konsep pendidikan demikian yang menjadi kebutuhan masyarakat Islam saat ini. Terutama masyarakat yang tinggal di tengah hedonisme, materialisme, kekerasan, dan pragmatisme.

Dalam sepekan, Sekolah Al-Azhar memberikan tujuh jam pelajaran bermuatan agama, di antaranya kajian Al-Qur’an, bahasa Arab, pendidikan Agama, dan pembangunan karakter. Di sisi lain, kebutuhan siswa terhadap disiplin ilmu umum tetap diperhatikan.

Selain itu, Al Azhar juga menerapkan kurikulum internasional dalam pendidikannya. Hal itu dilakukan dalam rangka mendidik siswa agar memiliki daya saing global.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan