Sejarawan Muslim, Dr Tiar Anwar Bachtiar, mengungkapkan bahwa penulisan sejarah tidak netral. Worldview atau ideologi berpengaruh pada metodologi penulisan sejarah. Salah satunya dilakukan gerakan feminis untuk mengampanyekan pemikiran mereka di tengah masyarakat.
Direktur Center for Gender Studies (CGS), Dinar Dewi Kania, menilai akhir-akhir ini gerakan feminisme hadir dengan isu sentral seksualitas dalam perundang-undangan nasional. Para feminis menganggap kebebasan perempuan adalah mampu menguasai dan mengontrol tubuh tanpa boleh diatur oleh siapapun.
Peran perempuan yang dimuliakan dalam Islam, tidak bisa disamakan dengan konsep women liberation Barat. Hal tersebut justru akan menodai jati diri perempuan.
Valentin Garzuel merupakan seorang blogger dan desainer fesyen yang sangat terkenal di Paris. Dia menganggap dirinya selama ini sebagai seorang wanita. Namun, anggapan itu berubah saat hidayah menyapa. Perlahan dia kembali menjadi pria muslim sejati.
LGBT lahir dari ideologi feminisme yang berkembang di Barat. Sejarah panjang Barat menempatkan perempuan yang dianggap sebagai warga negara kelas dua memunculkan gerakan feminis untuk menentang heteroseksual (hubungan pria dan wanita) yang dianggap sebagai patriarki.
Ketika gerakan feminisme masuk ke dalam Islam, mempunyai dampak cukup signifikan dan cenderung destruktif. Melalui feminis, mereka mencoba mengotak-atik kemantapan syariah dalam Islam.
Direktur The Center for Gender Studies (CGS), Dr. Dinar Dewi Kania, istilah gender non-biner sebenarnya lebih mengarah kepada doktrin yang dipengaruhi pemikiran feminis dan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer (LGBTQ).
Mahasiswa Unhas Makassar mengaku memiliki gender non-biner, yakni bukan laki-laki maupun perempuan. Direktur The Center for Gender Studies (CGS), Dr. Dinar Dewi Kania, menilai mahasiswa berinisial MNA itu sudah terpengaruh pemikiran feminisme dan LGBTQ.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, merupakan seorang ulama yang memiliki kepakaran di bidang kajian gender. Menurutnya Islam mengajarkan kesetaraan gender yang berbeda dengan konsep yang diusung oleh feminisme.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan rekomendasi untuk DPR RI terkait rancangan undang-undang (RUU) yang tengah dibahas. Salah satu yang menjadi sorotan MUI adalah RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof. Dr. KH. Hamid Fahmi Zarkasyi, menjelaskan, wacana childfree yang marak akhir-akhir ini merupakan produk feminisme. Di sejumlah negara barat, fenomena perempuan tidak mau punya anak sudah menjadi hal biasa.