Sejumlah lembaga kemanusiaan kini mulai fokus untuk membangun kembali hunian untuk para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat diterjang erupsi Gunung Semeru.
Moral yang tergerus karena merasa menjadi orang yang superior. Memiliki relasi kuasa tinggi untuk berkehendak. Itulah bencana yang dahsyat sepanjang sejarah umat manusia.
Publik merasa heran dengan keajaiban yang terjadi pada Pak Wagiman saat Semeru erupsi pada 4 Desember 2021 lalu. Rumah milik Pak Wagiman yang berada 3 kilometer dari Gunung Semeru sama sekali tidak tersentuh lahar dingin gunung tertinggi di pulau Jawa itu.
Tim psikolog Indonesia CARE yang tergabung dalam ICPA (Indonesia Care Perempuan dan Anak) juga hadir memberikan trauma healing dan pendampingan psikososial bagi pengungsi.
Nantinya, warga yang saat ini tersebar di berbagai lokasi pengungsian, segera ditata lebih baik dengan dipindahkan ke tempat yang nyaman, aman, dan dengan dilengkapi fasilitas yang layak serta memenuhi standard kesehatan.
Pengamatan Gunung Semeru pada Kamis pukul 06.00-12.00 WIB terpantau cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan. Aktivitas Gunung Semeru masih pada level II atau waspada.
Ace menjelaskan kesiapsiagaan atas bencana menjadi sangat penting dalam konteks mempersiapkan mitigasi bencana. Terlebih, BNPB memiliki peta rawan bencana yang bisa dipersiapkan sebelumnya.
Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) yang berada di bawah koordinasi Basarnas memfokuskan pencarian di tiga sektor. Korban meninggal dunia per hari ini, Sabtu (11/12/2021), pukul 18.00 WIB, berjumlah 46 jiwa.
Menurut Gus Baha Rahmat Allah lebih besar ketimbang azabnya. Termasuk dalam bencana, ada Rahmat Allah dibaliknya. Oleh karena itu Gus Baha menegaskan kita tidak boleh menghukumi suatu bencana terjadi karena azab.
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) , Pangarso Suryotomo, menilai keimanan masyarakat Indonesia tengah diuji dengan bencana alam yang silih berganti terjadi.
Kisah Rumini dan sang nenek, Salamah yang ditemukan meninggal dunia di balik awan panas guguran menjadi inspirasi publik maya. Wanita 28 tahun itu ternyata merupakan alumni Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin Lumajang.