LANGIT7.ID, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjuluki Uwais Al-Qarni sebagai wali kutub. Beliau termasuk tabi’in yang masih hidup pada masa Rasulullah, namun tidak pernah bertemu Baginda.
Uwais tinggal di daerah Qarn, Yaman. Ia tumbuh dalam keadaan yatim. Maka itu, ia melimpahkan kasih sayang kepada sang ibu. Sebagian besar hidup dijalaninya untuk berbakti kepada sang ibu yang berpenyakit lumpuh dan buta.
Saat dakwah Islam sampai ke Yaman, ia termasuk salah seorang yang mengucapkan syahadat. Namun, ia merasa sangat sedih karena tidak bisa berjumpa dengan Rasulullah. Cerita mengenai perjuangan dan dakwah Islam hanya didengar melalui tetangga dan teman-temannya.
Baca juga: Mengenal Sufi dan Tasawuf, Jalan Spiritual Abu Dzar Al-ghifari hingga Uwais Al QarniKerinduan tak bisa ia bendung. Tapi di sisi lain, ia tak bisa meninggalkan sang ibu seorang diri. Setiap hari hatinya gelisah. Pada suatu hari, ia mendekati sang Ibu dan meminta izin bertemu dengan Rasulullah di Madinah.
Sang Ibu memahami kerinduan Uwais. Namun, sang ibu berpesan agar segera kembali Jika sudah bertemu dengan Rasulullah. Ia pun bergegas dengan perasaan gembira dan menyiapkan segala keperluan untuk sang ibu setelah pergi ke Madinah.
Uwais menempuh perjalanan 400 km dari Yaman ke Madinah. Saat tiba di kota nabi, ia langsung ke rumah Rasulullah. Namun rupanya Rasulullah tengah berada di medan perang. Sehingga, Uwais hanya ditemui oleh ibunda Aisyah.
Sempat terbesit dalam pikiran Uwais untuk menunggu baginda nabi kembali dari medan perang. Tapi ia teringat pesan sang ibu untuk cepat-cepat kembali ke Yaman. Akhirnya, ia pamit ke ibunda Aisyah dan hanya menitip salam kepada Rasulullah.
Rasul Bercerita Soal Uwais Al-QarniSaat Tiba di rumah, Rasulullah langsung menanyakan kedatangan Uwais Al-Qarni. Ia telah mengetahui sebelum diberitahu oleh Aisyah. Ia lalu bercerita, Uwais merupakan anak yang berbakti kepada ibu. Uwais, kata nabi, adalah penghuni langit yang sangat terkenal di langit.
Mendengar cerita itu, ibunda Aisyah dan para sahabat terkagum-kagum. Rasulullah bersabda, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan Uwais Al-Qarni, perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”
Setelah itu, ia memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.”
Kisah Umar Mencari Uwais Al-QarniSaat menjadi khalifah, Umar bin Khattab selalu teringat pesan Rasulullah. Setiap kali ada kafilah yang datang dari Yaman, Umar selalu menanyakan perihal Uwais. Suatu ketika, ada satu kafilah yang merasa heran dengan tindakan Umar.
Baca juga: Benarkah Ada Sahabat Nabi yang Pernah Sampai ke Indonesia?Kafilah itu merasa heran karena sahabat sekelas Umar bin Khattab yang juga Khalifah kala itu mencari sosok Uwais. Terlebih Uwais tidak menunjukkan sikap seorang wali sebagaimana pengakuan Umar.
Suatu saat, Uwais Al-Qarni ikut ke salah satu kafilah Yaman ke Madinah. Seperti biasa, Umar bin Khattab ditemani Ali bin Abi Thalib menanyakan keberadaan Uwais.
Kafilah itu menjawab, Uwais ikut serta dan sedang menjaga unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Umar bergegas menemui Uwais. Saat tiba di kemah Uwais, Umar dan Ali memberi salam.
Uwais menjawab salam kedua sahabat mulia itu sambil bersalaman. Saat berjabatan, Umar segera membalikkan tangannya untuk membuktikan tanda putih di telapak tangan berdasarkan informasi Rasulullah.
“Siapakah nama saudara?” Tanya Umar kepada Uwais. “Abdullah.” Jawabnya. Umar dan Ali pun tertawa dan berkata, “Kami juga Abdullah (hamba Allah). Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
“Nama saya Uwais Al-Qarni.” Jawab Uwais. Dia lalu bercerita perihal sang ibu yang telah meninggal dunia, sehingga baru ikut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Umar dan Ali akhirnya memohon agar Uwais berkenan mendoakan untuk mereka. Namun, Uwais enggan dan berkata, “Sayalah yang harus meminta doa kepada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, Umar berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”. Uwais lalu mendoakan Umar dan Ali. Setelah itu, Umar berniat membantu perekonomian Uwais.
Namun, Uwais menolak dan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lain.”
Kisah Mengharukan UwaisGus Baha bercerita, Uwais selalu sabar merawat sang Ibu yang sudah tua renta dan mengalami lumpuh. Bahkan, Uwais berusaha memenuhi keinginan sang ibu untuk berhaji.
Uwais tak punya biaya, ia pun tak punya cara lain selain harus menggendong sang Ibu dari Yaman ke Mekkah untuk melaksanakan haji. Itu perjalanan sekira 1000 km.
Di sisi lain, Uwais hidup sederhana dan jauh dari kata cukup. Ia tak punya baju kecuali untuk dipakai. Ia juga tak punya makanan kecuali untuk hari itu. Bahkan, ia tidak pernah Jumatan karena baju yang dimilikinya tidak cukup untuk menutupi aurat. Sebab, salah satu syarat sah shalat adalah harus menutup aurat.
Namun, Gus Baha menggarisbawahi agar tidak meniru Uwais perihal tidak shalat Jumat. Sebab, zaman sekarang hampir tidak ditemukan orang yang tidak memiliki pakaian yang dapat menutupi aurat.
Dalam khazanah keilmuan, kata Gus Baha, memang ada perilaku tertentu yang dianggap benar secara hakikat, namun tidak bisa ditiru dalam konteks syariat. Uwais berpendapat, pakaian yang lebih dari menutup aurat akan dihisab.
“Jadi, menurutnya (Uwais), pakaian yang tidak kena hisab adalah pakaian yang pas menutupi aurat. Selebihnya itu bakal dihisab,” kata Gus Baha melalui salah satu kajian yang ditayangkan kanal
Ngaji Media, Rabu (2/3/2022).
Selain itu, jika makan dan tidak habis, dia langsung menyedekahkan makanan tersebut. Ia berpendapat, kelebihan makanan itu kelak akan dihisab di akhirat. Kesabaran itulah yang membuat Uwais menjadi wali kutub hingga namanya dikenal penduduk langit.
(jqf)