LANGIT7.ID, Jakarta - Ramadhan merupakan bulan puncak pendidikan. Pakar pendidikan Islam, Ustadz Adian Husaini, menjelaskan, Ramadhan menjadi puncak pendidikan karena pada bulan ini inti hakikat pendidikan dilakukan.
Al-Qur’an dengan jelas menyampaikan perintah tentang kewajiban berpuasa. Itu termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Tujuan ibadah Ramadhan dalam ayat itu disebutkan agar orang beriman dapat mencapai tingkatan takwa.
“Ini sama dengan tujuan pendidikan nasional kita, yakni membentuk manusia beriman, bertakwa, berakhlak mulia. Makanya ramadhan ini harusnya kita jadikan sebagai puncak pendidikan, karena memang momentumnya luar biasa. Ramadhan ini bukan bulan biasa. Bulan untuk mendidik diri kita, supaya kita menjadi orang shaleh,” kata Adian Husaini saat menyampaikan tausiah di Masjid Al-Irsyad, dikutip Kamis (24/3/2022).
Baca juga: Doa Menyambut Bulan Ramadhan Sebagaimana Dibaca RasulullahHal serupa disampaikan Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Maemunah Sa’diyah. Dia menegaskan, Ramadhan merupakan bulan tarbiyah (pendidikan). Pendidikan untuk manusia ini mengarah pada tiga domain atau tiga ranah.
Pertama, akal. Akal adalah karunia terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Dengan akal manusia bisa menjalankan kekhalifahan yang diamanatkan kepadanya.
Maka itu, akal wajib ditumbuhkembangkan dengan senantiasa dibimbing dan diisi ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah Ta’ala. Akal harus diisi dengan ayat qauliyah dan ayat kauniyah.
“Allah adalah pemilik ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Adapun yang dipelajari dan dikembangkan oleh manusia, wajib disandarkan pada sang pemilik ilmu,” katanya dalam video pendek di kanal
Universitas Ibnu Khaldun.
Kedudukan membimbing akal sejalan dengan wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW yakni Surah Al-Alaq ayat 1-5. Ayat itu berisi tentang perintah untuk membaca, meneliti, mengembangkan ilmu pengetahuan yang disandarkan kepada kebesaran nama Allah Ta’ala.
“Untuk itu, momentum Ramadhan kita jadikan sebagai momentum untuk menempa akal dengan ayat-ayat Allah Ta’ala,” kata Maemunah.
Kedua, jiwa manusia. Manusia memiliki jiwa yang juga bersumber dari Allah Ta’ala. Pada saat tiba nanti, jiwa manusia itu akan dipanggil oleh Allah. Ada panggilan Allah kepada jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah). jiwa tenang itu merupakan jiwa-jiwa yang senantiasa melaksanakan ibadah kepada Allah.
“Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menjaga jiwa kita, atau meningkatkan jiwa agar memiliki jiwa yang tenang,” ucap Maemunah.
Baca juga: Alhamdulillah, Layanan Itikaf di Masjidil Haram dan Nabawi Kembali DibukaKetiga, jasmani. Jasmani adalah bagian atau ranah yang harus dididik. Jasmani perlu dididik dan dilatih agar sehat dan kuat, memiliki keterampilan dan kecakapan yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini.
“Rasulullah bersabda, mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kekuatan jasmani manusia, Allah telah memerintahkan dalam Al-Qur’an agar makan dan minum dari yang halal dan baik,” ucap Maemunah.
Banyak penelitian yang menyebutkan tentang korelasi positif antara berpuasa dengan kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Maka itu, umat Islam perlu bersyukur dengan adanya Ramadhan.
“Ramadhan bulan tarbiyah, maka hendaknya mendidik jasmani dan rohani, mendidik keluarga, dan mendidik lingkungan agar bisa mencapai derajat takwa,” tutur Maemunah.
(jqf)