LANGIT7.ID - , Jakarta - Halal merupakan segala sesuatu yang boleh dilakukan atau diizinkan dalam Islam. Di Indonesia sendiri kata halal kerap ditemui dalam produk makanan maupun minuman. Akan tetapi, kini telah banyak produk seperti kecantikan dan lainnya menggunakan kata tersebut.
Pakar fikih muamalah kontemporer, Dr. Erwandi Tarmizi Anwar, Lc., M.A. mengatakan setiap hari manusia disuguhi kehidupan orang-orang yang hartanya tidak halal.
Menurut dia, tidak halal itu penyebabnya banyak, ada karena Allah tidak menghalalkannya. Ada juga karena manusia yang memberikan uangnya tetapi dari hasil yang tidak benar, seperti korupsi, menipu, hingga menaikkan harga.
Baca juga: Bukan Cuma Umat Islam, Industri Halal Jadi Peluang Bisnis Semua Orang"Allah tidak akan menghalalkannya. Misal kenaikan harga minyak goreng, solar bahkan mungkin besok air juga akan naik harganya. Si pembeli ini jika ia ada pilihan, tentu ia tidak akan ridho membelinya," ujarnya kepada awak media di acara Muslim Life Fair 2022, Jumat (25/3/2022).
Kecuali, lanjut dia, perubahan harga tersebut merupakan dari Allah SWT atau Tuhan yang menentukan.
"Misal panen, di masa Rasulullah SAW, para sahabat Nabi SAW ketika terjadi kenaikan harga di kota Madinah karena panen di Yaman berkurang maka para sahabat meminta kepada Nabi, 'Wahai Rasulullah letakkan harga tertentu,' maka Nabi SAW mengatakan 'Yang meletakkan harga itu Allah,' yang membuat hasil banyak, besar, tinggi sehingga harga menjadi turun itu Allah," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ustadz Erwandi berkata, memang semuanya karena Allah akan tetapi ada juga campur tangan manusia, yang dimana membuat adanya kerusakan.
Dan ketika panen banyak gagal, sehingga secara otomatis harganya akan naik. Rasulullah bersabda "Yang meletakkan harga itu Allah".
Baca juga: Sapta Nirwandar: Halal Sudah Jadi Gaya Hidup Banyak OrangArtinya ekonomi Islam itu kembali ke pasar. Dan Nabi tidak boleh campur tangan dalam hal penentuan harga. Jika ia ikut campur, maka ia kan membawa kezaliman.
"Dalam kasus ini yang dizalimi itu para pedagang tadi. Karena ketika ketersediaan pangan sedikit karena gagal panen harga harusnya tinggi, tetapi dipaksa oleh Nabi menjadi turun maka mereka akan terzolimi.
Nabi SAW tidak berani melakukan itu," pungkasnya.
(est)