Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Senin, 17 Februari 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Filsafat Akhlak: Mengenal Empat Potensi Besar Manusia

Muhajirin Sabtu, 02 April 2022 - 17:52 WIB
Filsafat Akhlak: Mengenal Empat Potensi Besar Manusia
Ilustrasi (foto: langit7.id/istock)
LANGIT7.ID, Jakarta - Prof. Quraish Shihab mengemukakan empat potensi dasar yang diberikan Allah Ta'ala kepada manusia. Keempat potensi sudah menjadi pembahasan para ulama serta para filsuf Yunani Kuno.

"Ada bahasan di kalangan ulama, di kalangan filosof yang mereka gabung bahasan-bahasan itu dalam apa yang mereka namai filsafat akhlak. Mereka sejak zaman Yunani kuno sudah membicarakan dan membahas apa yang disebut baik dan buruk," kata Quraish Shihab dalam kanal YouTube-nya, dikutip Sabtu (2/3/2022).

Para pakar Islam pun sudah membahas masalah ini. Dari pembahasan tersebut lahir berbagai pendapat, bahkan kadang terkesan bertolak belakang. Salah satu pendapat dari ulama yang berkecimpung dalam bidang filsafat akhlak merumuskan bahwa kebaikan itu sangat banyak.

Kebaikan itu bertingkat-tingkat. Tapi, ada di antara kebaikan itu yang merupakan keutamaan dari kebaikan-kebaikan tersebut. Mereka lalu merumuskan empat hal dalam konteks kebaikan tersebut.

Baca juga: Keutamaan Bulan Ramadhan: Terdapat Malam Lailatul Qadar

"Keempat hal ini mestinya menyatu pada diri setiap insan, supaya dia dinilai memiliki kebaikan, memiliki akhlak budi pekerti yang unggul. Empat hal itu menurut mereka, merupakan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dan manusia hendaknya mengembangkan potensi itu," ucap Quraish Shihab.

Semakin berhasil manusia mengembangkan empat potensi itu, maka semakin tinggi pula nilai keluhuran budi dan kebaikannya. Empat potensi itu ialah sebagai berikut:

1. Potensi Berilmu

Potensi berilmu ini termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 30. Allah Ta'ala berfirman, "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya."

Manusia dalam keadaan tidak mengetahui apapun saat keluar dari perut ibu. Lalu, Allah menganugerahkan pendengaran, penglihatan, hati, dan akal. Empat komponen itu bertujuan agar manusia mendapatkan pengetahuan.

"Karena pengetahuan ini terlalu banyak dan bercabang, maka ada pesan, ilmu yang paling penting Anda kuasai adalah ilmu yang tidak menjadi baik tugas Anda kecuali dengan mengetahuinya," ucap Quraish Shihab.

Ilmu itu sangat banyak dan bercabang-cabang. Maka tugas utama seorang manusia adalah menyelidiki kewajiban-kewajiban yang diemban. Manusia tidak boleh tidak memiliki pengetahuan menyangkut kewajiban tersebut.

Dalam ibadah misalnya, seseorang diwajibkan untuk shalat, puasa, berzakat, dan haji bagi yang mampu. Ada pula kewajiban yang bersifat muamalah kepada sesama manusia. Contoh paling dasar, seorang guru matematika wajib mengetahui ilmu matematika, dan tidak harus mengetahui ilmu bumi, sejarah, dan lain sebagainya.

Saat seseorang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan itu, maka akan lahir darina hikmah. Hikmah memiliki banyak definisi. Di antaranya, menempatkan segala sesuatu di tempatnya yang wajar.

"Tempatkan tuhan di "Tempat-Nya" yang wajar. tempatkan pimpinan di tempatnya yang wajar. Itu juga para ulama artikan sebagai keadilan," tutur Quraish Shihab.

Hikmah juga didefinisikan dengan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Jika manusia telah memiliki kemampuan dalam bidang ini, minimal menyangkut kewajiban, maka salah satu yang disyaratkan untuk meraih keutamaan telah terpenuhi.

2. Potensi Syahwat

Semua manusia diberi syahwat. Allah ta'ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 13, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

Allah menganugerahkan syahwat kepada manusia untuk dikelola. Namun, harus digarisbawahi, ayat itu berkata, "Dihiaskan kepada manusia". Kalau dorongan untuk memenuhi tuntutan syahwat sesuai dengan tuntunan agama, maka ketahuilah bahwa itu Tuhan yang menghiaskan kepada kita. Tapi, kalau tidak sesuai dengan tuntunan agama maka itu setan.

Maka itu, Allah tidak berkata, "Allah menghiaskan kepada kamu". Tidak disebut siapa yang melakukannya, sehingga bisa diartikan manusia dan bisa juga setan. Syahwat dihiaskan kepada manusia agar bisa membangun peradaban. Hal itu tidak bisa diraih secara sempurna tanpa ada dorongan.

Baca juga: Pesan Syaikh Yusri Rusydi Persiapkan Diri Sambut Ramadhan

3. Potensi Amarah

Manusia diberi potensi amarah. Namun, manusia harus pandai-pandai meletakkan amarah. Jika manusia meletakkan amarah dan melampiaskan pada tempatnya dengan kadar yang sesuai, maka dia disebut berani.

"Keberanian itu dari amarah. Kalau Anda tidak meletakkan pada tempatnya, kadarnya, bisa berlebih, maka tidak dinamai keberanian, itu kecerobohan. Kalau berkurang, bukan keberanian, tapi pengecut, takut," tutur Quraish Shihab.

4. Potensi Adil

Adil itu bukan berarti sama. Adil itu seimbang. Orang tua tidak dikatakan adil jika membelikan bahan baju kepada dua anak yang berbeda dengan ukuran yang sama. Misal, orang tua membeli dua baju size XL sekaligus untuk diberikan kepada kakak dan adik.

"Itu tidak adil. Itu sebabnya, salah satu makna keadilan itu adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya," kata Quraish Shihab.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Senin 17 Februari 2025
Imsak
04:31
Shubuh
04:41
Dhuhur
12:10
Ashar
15:21
Maghrib
18:18
Isya
19:29
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan