Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 26 Oktober 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Mengurai Teori Multiverse dalam Perspektif Islam

Muhajirin Kamis, 12 Mei 2022 - 19:45 WIB
Mengurai Teori Multiverse dalam Perspektif Islam
Ilustrasi (foto: langit7.id/istock)
LANGIT7.ID - Belakangan ini marak pembicaraan tentang film-film yang menunjukkan keberadaan teori multiverse atau multisemesta. Sebut saja Edge of Tomorrow, SpiderMan, Serial Dark di Netflix hingga yang terbaru Doctor Strange in The Multiverse of Madness.

Teori multiverse sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu yang lebih dikenal dengan istilah M-Theory oleh Stephen Hawking, seorang fisikawan kosmologis berpemikiran Atheis berdarah Inggris.

Santri yang sedang berkuliah di The Melbourne University, Australia, Hikam Hulwanullah, menjelaskan, ada dua perdebatan besar dalam teori ini. Pertama, terkait kelahiran alam semesta yang disebut Tuhan tidak ikut campur di dalamnya. Kedua, perdebatan terkait adanya kehidupan di planet lain, maupun alam semesta yang lain.

M-Theory menyebut, alam semesta tempat tinggal manusia bukan satu-satunya alam semesta yang ada. Teori ini justru memprediksikan, terdapat banyak sekali alam semesta yang muncul dari ketiadaan masing-masing. Di antaranya memiliki seperangkat hukum-hukum fisika berbeda dan memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.

Teori itu menihilkan campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Stephen Hawking dalam bukunya menulis, penciptaan alam-alam semesta itu tak memerlukan campur tangan sosok adil-alami atau Tuhan. Sebaliknya, banyak alam semesta muncul secara alami akibat hukum-hukum fisika dan kemunculan alam semesta adalah prediksi sains.

Lalu, bagaimana teori multiverse dalam perspektif Islam?

"Islam tidak menentang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan pun tidak bertentangan dengan Islam. Semua saling berkaitan," kata Hikam, dikutip dari laman rajaopera.com, Kamis (12/5/2022).

Baca Juga: 7 Ilmuwan Masuk Islam, Beriman Usai Geluti Penelitian Sains

Ada beberapa teori awal mula penciptaan semesta yang sejalan dengan Al-Qur'an, alam semesta tercipta berawal dari ledakan besar (supernova) dari dua awan panas yang bertemu. Ini dikenal dengan teori Big Bang.

Jauh sebelum ada teori ini, Al-Qur'an telah menjelaskan dalam Surah Fussilat ayat 11 dan Surah Al Anbiya ayat 30.

Hal yang menjadi persimpangan besar antara teori Big Bang dan Al-Qur'an adalah menihilkan bahwa Allah Ta'ala menciptakan apa-apa yang ada di langit dan di bumi.

Sebenarnya, pendapat tentang alam semesta yang terjadi dengan sendirinya telah dibantah oleh Newton. Pendapat Newton juga dikutip Stephen Hawking dalam menciptakan teori multiverse bahwa kompleksitas zat, molekul, dan partikel di alam semesta yang tersusun secara koheren tidak lahir dari sebuah kebetulan, tapi oleh suatu zat yang lebih kompleks itu sendiri.

"Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya." (QS Az-Zariyat: 60)

Terkait multiverse, Allah berfirman dalam Surah At-Thalaq ayat 12: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

Informasi sentral yang dikemukakan dalam surat at-Talaq ayat 12 adalah jenis materi (al-'Ard) sama dengan jumlah jenis ruang alam (as-sama') yakni 7. Informasi lain yang disajikan, yakni tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ke-7 ruang alam (as-sama') dan ke-7 materi (al-'ard).

"Hal ini menginformasikan bahwa tiada sesuatupun yang terlepas dari peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah," tutur Hikam.

Dalam buku Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains (Tafsir Ilmi) oleh Kementerian Agama RI tahun 2012, 7 langit berlapis-lapis (sab'a samawat) atau bertingkat-tingkat pada ayat ini bukan sekadar bermakna lapisan-lapisan langit.

7 langit bermakna jumlah yang sangat banyak, tak terhingga. Benda-benda langit di jagat raya, berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat bermakna jaraknya yang berbeda-beda, ada yang dekat (masih di lingkungan bumi dan tata surya, termasuk atmosfer bumi) dan ada yang jauh.

Kemudian, pada ayat "wa min al'ardi milahunna", Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, bilangan bumi seperti bilangan langit yang tujuh. Itu sebagaimana Allah yang telah menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu juga Allah yang menciptakan bumi ini, yakni dalam tujuh bilangan.

Sebagaimana pemahaman tujuh langit dengan makna langit yang banyak di atas, maka bisa jadi, bilangan tujuh bumi di atas menyiratkan makna akan adanya "banyak" bumi yang terdapat di semesta ini.

Baca Juga: Islam Selaras dengan Perkembangan Sains dan Teknologi

Ayat di atas menyiratkan adanya multiverse, multisemesta, atau banyaknya alam semesta. Tiap-tiap langit dan bumi, memiliki seperangkat hukum alam dan aturan-aturan yang telah diciptakan oleh Allah. Dalam beberapa kasus, bisa jadi perangkat hukum dan aturan di tiap langit dan bumi (universe) tersebut berbeda.

Secara terminologi, istilah alam semesta dalam Al-Qur'an terekam dalam kata as-sama' wa al'ard atau as-samawat wa al-'ard. Maka itu, penyebutan sab'a samawat yang kemudian diikuti dengan wa min al-'ardi milahunna, dapat bermakna sebagai banyaknya alam semesta.

"Namun, umat Islam harus dengan sadar dan sepenuh hati mengimani bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi, zat yang memberi kehidupan, zat yang memulai dan mengakhiri, terlepas apakah di luar sana betul atau tidak terdapat alam semesta yang lain," pungkas Hikam.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 26 Oktober 2025
Imsak
04:01
Shubuh
04:11
Dhuhur
11:40
Ashar
14:52
Maghrib
17:49
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan