LANGIT7.ID, Jakarta - Jumlah perokok Indonesia mencapai 59,3 juta orang. Sementara total jumlah
rokok yang dikonsumsi mencapai 248,7 Miliar Batang di tahun 2021 menurut data Survei Ekonomi Sosial Nasional Badan Pusat Statistik.
Lembaga Riset Institute For Demographic and Poverty Studies (
IDEAS) menemukan fenomena mengkhawatirkan terkait perokok miskin. Sebanyak 7,8 juta perokok miskin terkonfirmasi pernah mengalami kerawanan pangan, dari derajat ringan hingga parah.
Baca Juga: IDEAS: 7,8 Juta Perokok Miskin Alami Kerawanan Pangan Hingga KelaparanKerawanan pangan ringan terkonfirmasi di 5,6 juta perokok yang mengaku pernah tidak bisa makan makanan sehat dan bergizi karena kekurangan uang. Kerawanan pangan menengah, di mana individu pernah mengalami kehabisan persediaan pangan, terkonfirmasi di 1,6 juta perokok.
"Bahkan, kerawanan pangan parah juga terkonfirmasi di mana individu telah mulai mengalami kondisi kelaparan. Sebesar 640 ribu perokok pernah tidak makan sepanjang hari karena tidak memiliki uang," ungkap Fajri Azhari, Peneliti Ideas dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), Selasa (31/05/2022).
Fajri menguraikan, laki-laki pada umumnya berposisi sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah. Lelaki perokok akan mempertahankan pengeluaran rokok-nya meski kondisi ekonomi menurun.
"Fakta ini membawa petunjuk yang jelas yaitu mengorbankan gizi keluarga demi terus merokok adalah umum ditemui di keluarga perokok miskin. Prevalensi malnutrisi kuat diduga sangat tinggi di keluarga perokok," ucap Fajri.
Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Antisipasi Peredaran Rokok IlegalFajri menambahkan, bahwa dengan kendala anggaran yang lebih terbatas di masa pandemi, perokok berusaha mencari keseimbangan baru. Berkurangnya penghasilan di masa pandemi tidak selalu berimplikasi turunnya konsumsi rokok, terlebih berhenti merokok.
"Berpindah ke rokok murah menjadi strategi umum yang mengizinkan perokok mempertahankan kuantitas konsumsi-nya dengan pengeluaran yang lebih rendah atau meningkatkan kuantitas konsumsi-nya dengan pengeluaran yang lebih rendah atau meningkatkan kuantitas konsumsi-nya dengan pengeluaran yang sama," ujar Fajri.
Lebih dari itu menurut Fajri hubungan interpersonal, terutama keluarga dan pertemanan, mengizinkan seseorang dapat terus merokok tanpa penghasilan sama sekali, yaitu mengharapkan rokok pemberian dari orang lain. "Pada 2021, terdapat 7,3 juta perokok yang tidak bekerja, namun estimasi pengeluaran untuk rokok mencapai Rp 6,8 triliun per tahun," tutur Fajri.
Baca Juga:
Bahaya, Ada 3,2 Juta Anak Indonesia yang Merokok
Muhammadiyah Konsisten Kritisi Kebijakan Pengendalian Tembakau(asf)