LANGIT7.ID, Jakarta - Amad, kakek berusia 101 tahun dari Surabaya, menjadi saksi hidup perjuangan
Bung Tomo dan Arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu. Pria kelahiran 1922 itu merupakan sahabat seperjuangan yang setia menemani Bung Tomo ke manapun pergi.
Amad merupakan mantan serdadu Heiho bentukan Jepang. Pada 1942, saat berusia remaja bersama ratusan pemuda Surabaya diangkut ke pabrik gula untuk mendapatkan pelatihan militer. Dengan seragam kuning, Amad bersama pemuda lain dilatih berperang.
Kisah pertemuan Amad dengan Bung Tomo terjadi pada 1945. Kala itu, Jepang sudah kalah. Saat hendak pulang, Amad bertemu dengan rombongan Bung Tomo berjumlah 18 orang. Setelah berkenalan, Amad memberitahukan perihal tumpukan senjata Jepang disembunyikan di salah satu sekolah Kristen atau Gedung Don Bosco.
Baca Juga: Kisah Awal Perjuangan Bung Tomo Mengomandoi Arek-arek Suroboyo
Saat ini, letak gedung tersebut tidak jauh dari jantung Kota Surabaya. Gedung itu terletak sekira 2 kilometer dari sisi barat laut Gedung Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, yang kini menjadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Gedung ini juga hanya berjarak 2 kilometer dari Hotel Yamato, kini bernama Hotel Majapahit, di Kawasan Tunjungan.
“Saya kasih tahu soal senjata Jepang. Saya tunjukkan,” kata Amad saat bercerita tentang kebersamaan dengan Bung Tomo di kanal Zulfan Lindan Upacking Indonesia, dikutip Jumat (11/11/2022).
Tanpa pikir panjang, Bung Tomo langsung bergegas pergi ke gedung tersebut mengendarai becak. Saat tiba di lokasi, dia memanggil lagi tukang becak untuk mengangkut senjata-senjata itu. Mulanya ada kendala, karena pintu gedung diberi kunci dengan kualitas terbaik. Namun, setelah berbagai upaya, pintu berhasil dibuka dan senjata bisa diambil.
Baca Juga: Sejarah Hari Pahlawan, Ini Peristiwa yang Terjadi di Surabaya
“Saya buka pintu gembok, saya pukuli dengan Pak Mukari, didorong orang-orang banyak. Senjata di dalam situ banyak,” kata Amad.
Bung Tomo lalu berteriak memanggil pemuda Surabaya yang ada di sekitar lokasi. Dia juga memukul-mukul tiang listrik sebagai tanda panggilan. Menurut penuturan Amad, sejak saat itu terbentuk kelompok Rakyat Berjuang di Surabaya di bawah komando Bung Tomo.
Berbekal senjata rampasan dari tentara Jepang itu, di jalan Pahlawan, Alun-Alun Contong, Kec. Bubutan, Kota Surabaya saat ini, Bung Tomo melawan tentara Inggris dan Belanda. Kala itu bangunan masih sedikit. Hanya kebun kosong. Tepat 19 Oktober, Arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu di lokasi itu. Pertempuran yang terus berlangsung sampai puncaknya pada
10 November.
Baca Juga: Peran Ulama dalam Pertempuran 10 November 1945
“Bung Tomo tanggal 19 Oktober, Inggris sama Belanda datang. Di situ menghadapi Belanda pertama kali di Viaduk, dekatnya tugu Pahlawan, itu belum berdiri tugu, masih kebun kosong. Pertama pertempuran di situ,” tutur Amad.
(jqf)