LANGIT7.ID, Jakarta - Kakak kandung Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, KH Ahmad Fuad Effendi atau akrab disapa Cak Fuad, meninggal dunia di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat (20/1/2023) pukul 08.17 WIB. Jenazah dimakamkan di Pemakaman Sentono Arum, Mentoro, Sumobito, Jombang, Jawa Timur.
Cak Fuad merupakan guru bagi ribuan Jamaah Maiyah di seluruh Nusantara. Bersama Cak Nun, Cak Fuad kerap menjadi narasumber dalam Majelis Masyarakat Maiyah di berbagai daerah di Indonesia.
Pria kelahiran Desa Mentoro, 7 Juli 1947 itu merupakan tokoh yang dikenal memiliki kepakaran di bidang bahasa Arab. Tidak hanya di Indonesia, tapi kiprahnya sudah dikenal sampai internasional. Di laman Caknun.com, sosok Fuad diperkenalkan sebagai penulis buku deklarator Ittihad Mudarrisi al-Lughah Al Arabiyah (Imla), dan menjadi anggota Dewan Pembina King Abdullah bin Abdul Aziz International Center Saudi Arabia.
Baca Juga: Kakak Cak Nun, Ahmad Fuad Effendy Meninggal Dunia
Cak Fuad merupakan anak pertama dari 14 bersaudara. Sang ayah bernama Muhammad dan ibunya bernama Chalimah. Dia memperoleh pendidikan sejak kecil di kampung halamannya sendiri. Setelah menamatkan pendidikan sekolah SDN Bakalan, dia melanjutkan pendidikan ke Pondok Modern Darussalam Gontor hingga tamat.
Lulus dari Gontor, dia memulai kehidupan kampus, mengambil jurusan bahasa Arab di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hingga lulus dan mengajar. Dia juga sempat mengambil kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga diangkat menjadi PNS dan pindah ke Malang.
Cak Fuad bahkan sempat menjabat sebagai dekan di salah satu fakultas di Universitas Negeri Malang sebelum akhirnya pensiun. Setelah pensiun, bukan berarti berhenti beraktivitas. Dia terus mengelola buletin dalam bahasa Arab yang diterbitkan sejak 1973. Dia juga aktif dalam berbagai kajian agama, khususnya tafsir hingga kegiatan keilmuan berkaitan dengan bahasa arab.
Baca Juga: Cak Nun Minta Maaf, Imbau Jamaah Maiyah Bijaksana Berbicara
Kiprahnya di dunia internasional dalam bahasa Arab tentu tak kalah menarik. Dia menjadi salah satu anggota dari Sembilan orang Majelis Umana (
Member of Trustees) di King Abdul Aziz International Center of Arabic Language. Lembaga ini merupakan lembaga resmi tertinggi dalam menjaga bahasa Arab di dunia, yang berpusat di Riyadh, Arab Saudi.
Warisan Pemikiran dan KaryaCak Fuad juga aktif menulis di laman caknun.com yang jadi rujukan Jamaah Maiyah. Ada banyak artikel-artikel berkaitan dengan bahasa Arab dan keilmuan Islam yang dia tulis. Sebut saja artikel berjudul ‘Susunan Ayat Al-Qur’an’, ‘Nama-nama Al-Qur’an’, hingga ‘Posisi dan Fungsi Terjemahan Al-Qur’an’.
Cak Fuad juga aktif mengkaji ekonomi syariah. Itu tercermin dalam tulisannya berjudul ‘Kemandirian Ekonomi Muhammad SAW’. Dalam tulisan itu, dia menceritakan sosok Nabi Muhammad SAW yang sudah melakukan aktivitas perdagangan internasional di bawah asuhan sang paman, Abu Thalib.
“Beberapa kali perjalanan dagang Muhammad ke luar kota yang tercatat antara lain ke Bahrain dan Irak, di samping Syiria, Taman, dan Habasyah,” tulis Cak Fuad.
Dari tulisan-tulisan itu, Cak Fuad ingin mengajak umat Islam mencontoh sosok Nabi Muhammad SAW dalam hal kemandirian. Muhammad remaja sudah menjadi salah satu saudagar sukses di Makkah.
Baca Juga: 7 Fakta Mengejutkan Bahasa Arab, Bahasa Tertua di Dunia yang Masih Eksis
“Sejarah justru mencatat bahwa Muhammad memiliki gudang tempat penyimpanan stok barang sebelum dilakukan transaksi dengan para pedagang,” kata Cak Fuad.
Selain itu, Cak Fuad banyak menulis berbagai tema dalam ilmu agama. Mulai dari tadabbur dan tafakkur Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an, masalah akidah, akhlak, adab, hingga bidang fikih. Dia juga turut menyampaikan kode etik saat memiliki pendapat berbeda.
“Jangan paksa orang mengikuti pendapat kita, biarkan dia memiliki pendapatnya sendiri setelah memahami dalil dan argumentasi yang kita paparkan," ungkap Cak Fuad.
Sebagai sosok yang aktif mengkaji dan mengajar bahasa Arab di Tanah Air maupun dunia internasional, Cak Fuad juga membahas linguistik bahasa Arab. Salah satu tulisannya berjudul ‘Tawassulan atau tawashshulan’ menjadi salah satu artikel yang populer dibaca di laman caknun.com. Artikel ini diterbitkan 10 hari sebelum dia wafat, yakni pada 10 Januari 2023.
Dalam tulisan itu, Cak Fuad menjelasan serapan kata tawashul yang diambil dalam bahasa Arab dan sering dipakai masyarakat Indonesia. Tawassulan atau tawassul, kata dia, sama seperti kata tahlilan dari tahlil, diba’an dari diba’, manakiban dari manakib.
Baca Juga: Maiyah Tegaskan Posisinya Sebagai Penyambung Islah Rakyat
“Penambahan ‘an’ dalam hal ini adalah bentukan kata dalam bahasa Jawa mengandung arti suatu kegiatan atau menunjukkan makna tempat,” tulis Cak Fuad.
Setahun sebelum wafat, Cak Fuad merampungkan karya pamungkasnya yakni Mushaf Al-Quran Tadabbur Maiyah Padhangmbulan. Sebuah terjemahan Al-Quran yang disertai tadabbur untuk renungan jiwa.
"Yang diperlukan oleh jamaah bukanlah kajian ilmiah tapi kajian imaniah amaliah. Yang diperlukan bukan pemahaman Al-Qur`an secara meluas atau mendalam, tapi cukup memahami makna ayat secara umum kemudian melakukan perenungan, penghayatan, dan bagaimana mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, pilihan ayat-ayatnya pun disesuaikan dengan kebutuhan untuk pembangunan jiwa dan kehidupan," kata Cak Fuad dalam pengantar Mushaf itu.
(jqf)