LANGIT7.ID, Jakarta - Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (Insists), Ustadz Henri Salahuddin, menjelaskan, sejarah membuktikan peradaban Islam tidak identik dengan model-model bangunan, struktur, artistik, serta desain yang melingkupi.
Meski hal tersebut tidak mungkin menafikan 100%. Tetapi, hal paling mendasar adalah karakteristik utama peradaban Islam dibangun melingkupi fisik dan wahyu.
“Yang semestinya kita perlu upayakan untuk dikembangkan di masa kini ialah nilai-nilainya melingkupi yang fisik (
madiyyah) dan metafisik (
ruhaniyyah) berasaskan pada wahyu, ilmu menjunjung tinggi adab, akhlak, serta keadilan,” kata Ustadz Henri melalui kanal YouTube Insists, dikutip Senin (30/1/2023).
Baca Juga: Zikir dan Fikir, Pondasi Peradaban Islam
Oleh karena itu, dalam sistem peperangan pun umat Islam memiliki adab dan tatanan yang tinggi. Hal itu yang tidak bisa diungguli oleh umat atau peradaban manapun.
Misal, jika terjadi perang, maka umat Islam tidak diperbolehkan menghancurkan bangunan-bangunan ibadah, seperti gereja. Umat Islam juga tidak dibenarkan membunuh anak-anak, perempuan, dan musuh yang telah menyatakan menyerah.
“Merampas apalagi, hingga mengeksploitasi kekayaan alam yang berada pada daerah-daerah yang dibebaskan (futuhat), juga menjadi hal yang sangat dilarang,” ungkap Ustadz Henri.
Hal penting lain yang harus dipotret, dalam sejarah peradaban Islam, banyak lahir manusia yang berperadaban. Dalam tradisi keilmuan tidak sulit untuk menemukan para cendekia yang unggul dan kompeten dalam satu bidang dan juga bidang lain.
Baca Juga: Bagaimana Al-Qur’an Membentuk Adab dan Peradaban Umat Manusia?
Ibnu Sina ahli di bidang kedokteran, tapi juga tidak kalah otoritatif di bidang psikologi, filsafat, dan logika. Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam banyak menguasai disiplin ilmu seperti fikih, logika, filsafat, kalam, tasawuf, dan lain sebagainya.
Hal itu didukung dengan rekam jejak sikap dan tingkah laku yang mencerminkan akhlak tinggi. Potret masa seperti itulah yang mesti ditargetkan umat Islam saat ini.
Syarat Membangun Peradaban di Era ModernMenurut Ustadz Henri, ada beberapa syarat yang harus dicapai umat Islam untuk membangun peradaban Islam pada saat ini. Di antaranya:
1. IntegritasUmat Islam harus memiliki sifat integritas atau tidak dikotomis. Artinya, umat Islam bersifat proporsional dalam menempatkan segala sesuatu. Tidak hanya menimbang sifat materi belaka.
“Atau pun terlalu menentang sifat materi, yang berakhir pada penolakan pada hal-hal fisik,” kata Ustadz Henri.
2. AmanahUmat Islam harus memiliki sifat amanah. Maksudnya, sifat amanah itu perlu untuk dibawa ke segala lini, baik sistem kepemimpinan suatu bangsa, negara, kelompok ataupun diri sendiri.
Hal itu sebenarnya berkaitan dengan nilai-nilai al-‘adalah (keadilan). Jika manusia diturunkan ke bumi dan dijadikan sebagai seorang
khalifah fi al-‘ardh (pemimpin).
Baca Juga: Rektor Unida Gontor: Islam Bukan Hanya Agama tapi Juga Peradaban
“Maka ia memiliki berbagai macam amanah, seperti memakmurkan alam semesta, tidak merusaknya, apalagi hingga mengeksploitasi serta memusnahkannya,” ucap Ustadz Henri.
Sikap dan perilaku tersebut hanya akan terjadi bila didukung dengan ilmu mengenai hal apapun untuk dapat diletakkan sebagainya mestinya. Dalam bahasa lain dapat bersikap adil.
“Habitat membuang sampah sembarangan yang hingga hari ini masih sangat marak adalah bagian dari fakta bahwa seseorang tidak dapat memegang amanah dengan baik, apalagi adil,” ungkap Ustadz Henri.
3. MoralitasUmat Islam harus memiliki moralitas atau tanggung jawab moral. Nilai moralitas pada hakikatnya menjadi poin yang tidak mungkin dapat ditawar-tawar. Baik kepada Tuhan, nabi, manusia, makhluk hidup ataupun alam semesta.
Moralitas manusia kepada Tuhan tergambar dari tanggung jawab dirinya untuk menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala hal dilarang. Hal ini sebagaimana terejawantahkan dalam Pribadi nabi, yang memang menjadi suri teladan bagi siapapun.
Baca Juga: Berislam Tidak Hanya Tentang Ritual tapi Juga Intelektual
“Konsepsi ini sekaligus menjaga moralitas dirinya kepada nabi. Namun sayangnya di hari-hari ini, konsepsi ini hanya dipersempit pada cakupan sunnah, yang juga diperparah dengan sunnah-sunnah menurut mazhab kelompok tertentu,” ucap Ustadz Henri.
4. Akidah, Syari’ah, dan AkhlakSelain tiga hal di atas, umat Islam juga perlu memahami cakupan Islam yang terdiri dari akidah, syari’ah, dan akhlak. Cakupan dari akidah termanifestasi dalam penjelasan ilmu-ilmu ushuluddin seperti tauhid, kalam,
ushuluddin, al-‘aqa’id, dan lainnya.
Sedangkan, syari’ah dapat dijelaskan melalui ilmu fikih, ushul fikih, mawaris, dan seterusnya. Akhlak sebagaimana didengungkan oleh para sufi yakni bidang tasawuf ataupun pembersihan atau penyucian jiwa (
tazkiyah an-nafs).
“Maka, bilamana ketiga hal ini dapat digenggam dan ditundukkan sebagaimana mestinya, maka aspek-aspek yang menjadi ciri khas bagi lahirnya peradaban yang bermutu akan bermunculan dengan sendirinya,” ujar Ustadz Henri.
(jqf)