LANGIT7.ID, Jakarta - Keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu sangat ditentukan oleh niat. Pasalnya,
niat merupakan tekad atau motivasi yang mengerahkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam ajaran Islam, niat sangat penting karena menjadi penentu amalan seseorang diterima atau tidak oleh Allah SWT.
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (hadits pertama dalam Hadits Arbain Imam Nawawi)
Baca Juga: Cara Mudah Kenalkan Allah kepada Anak Sejak DiniPendakwah
Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, niat bukan hanya sekadar keinginan, melainkan juga persiapan dan motivasi yang terukur secara mentalitas. Ketika seseorang berniat melakukan sesuatu, dia harus memiliki motivasi yang jelas dan arah yang jelas untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam hal ini, niat harus digabungkan dengan persiapan dan motivasi yang tepat agar dapat menghasilkan keberhasilan yang diharapkan. Misalnya, dalam ibadah
puasa, niat seorang muslim jelas dan memiliki motivasi untuk mencapai derajat takwa.
"Jadi, ketika seseorang berniat melakukan sesuatu, dia sudah punya motivasi yang jelas, dia sudah punya arah yang jelas. Sehingga terukur secara mentalitas di kedudukan yang tertinggi," kata UAH saat menyampaikan kajian, dikutip Rabu (22/3/2023).
"Allah Ta’ala yang akan menilai keberhasilan seseorang. Standar penilain itu adalah standar Rabbani yang diteruskan kepada evaluasi nabawi. Oleh karena itu, niat yang benar sangat penting untuk mencapai keberhasilan yang sesuai dengan standar Allah," ujar UAH.
Baca Juga: Buya Yahya: Allah Tidak Suka Orang yang Mengumbar Aibnya SendiriMeski demikian, tidak semua keinginan atau motivasi dapat dijadikan niat yang benar. Sebagai contoh, seseorang yang ingin puasa hanya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dia kuat. Namun, itu bukanlah niat yang benar.
"Meskipun menurut manusia puasanya bagus, namun menurut Allah niat yang demikian salah karena tujuannya tidak tepat. Oleh sebab itu, seseorang harus memperhatikan niatnya dan mengevaluasi apakah tujuannya sesuai dengan standar Allah atau tidak," ucap UAH.
Dalam Islam, lanjut UAH, niat juga menjadi bagian dari syahadat. Syahadat itu menunjukkan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.
UAH menuturkan, aplikasi dari semua hukum-hukum Allah diperankan oleh Rasulullah. Dengan memperhatikan niat dan memperbaiki motivasi serta arah yang jelas, seseorang dapat mencapai keberhasilan yang sesuai dengan standar Allah.
"Jadi, di Islam ketulusan itu dinilai tinggi. Kalau sudah berlatih untuk tulus, dia melakukan semua karena Allah, sampai segala hal itu jadi ringan bagi dirinya. Itu dampaknya ke kehidupan, akan nyaman nanti
feedback-nya," tutur UAH.
Baca Juga:
Cara Kenalkan Makna Ibadah Ramadhan pada Anak, Rutin Ajak ke Masjid
Ketahui 3 Tanda Puasa Seorang Muslim Sukses atau Gagal(gar)