Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home sosok muslim detail berita

Meneladani Kecerdasan Literasi Hamka, Menulis Novel Best Seller di Usia 20 Tahun

Muhajirin Rabu, 01 September 2021 - 00:00 WIB
Meneladani Kecerdasan Literasi Hamka, Menulis Novel Best Seller di Usia 20 Tahun
Di antara buku-buku karya Buya Hamka (foto: istimewa)
LANGIT7.ID - Pendiri Sekolah Pemikiran Islam, Akmal Sjafril, membeberkan satu masalah krusial yang menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Masalah tersebut adalah budaya literasi di Indonesia yang sangat rendah.

Berdasarkan survey Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi pada 2019. Padahal pada 2016, Indonesia masih menempati ranking ke-61.

Kondisi saat ini jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia di era perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Para pejuang adalah pembaca hebat dan penulis-penulis hebat. Akmal mencontohkan sosok Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka.

Baca Juga: Rocky Gerung: Hamka adalah Simbol Moral yang Tepat untuk Mengevaluasi Bangsa

Buya Hamka pada umur 20 tahun menerbitkan buku novel pertamanya berjudul Si Sabaria. Pundi-pundi rupiah dari penjualan buku itu bahkan menjadi modal pernikahan beliau saat berumur 21 tahun. Tak hanya itu, buku Hamka berjudul Pribadi dicetak pada pertama kali pada 1950.

Pada masa itu, Indonesia baru saja mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda setelah Konferensi Meja Bundar (KMB). Artinya, kondisi tak seaman sekarang. Akses untuk mendapatkan buku pun tak semudah saat ini.

“Pada tahun 1963, buku itu sudah memasuki cetakan ketujuh, dan terjual 10 ribu eksemplar. Ini tahun 50 loh, Indonesia baru merdeka. Artinya, dari situ kalau kita ingin berhenti sebentar, kita bisa melihat betapa budaya literasi kita sangat bagus sekali,” kata Akmal dalam webinar yang digelar Sudin Pusip Jakarta Utara, Selasa (31/8/2021).

Hamka menulis buku pada masa revolusi fisik, karena setelah proklamasi tahun 45, keadaan tidak langsung damai, masih ada peperangan sampai 1949. Sehingga, 10 ribu eksemplar pada tahun 60-an adalah angka yang sangat fantastis.

Selain masyarakat masih dihantui konflik, jumlah penduduk Indonesia kala itu tidak sebanyak sekarang. Pada tahun 45 saat Indonesia merdeka, jumlah umat muslim hanya 60 juta orang, dibanding sekarang sudah mencapai 200 juta jiwa lebih.

“Ini satu hal yang digaris bawahi oleh Taufik Ismail. Beliau sangat menyoroti masalah ini. Kenapa bangsa Indonesia setelah merdeka, literasinya malah jatuh. Padahal, dulu pada masa perjuangan, bapak-bapak kita, kakek-kakek kita, sangat gemar membaca, kuat sekali membaca,” terang Akmal.

Menurut Akmal, budaya literasi harus dibangkitkan kembali. “Ini menjadi PR kita bersama untuk mengembalikan literasi bangsa kita, supaya kita bisa maju. Tidak ada bangsa yang bisa maju tanpa literasi yang kuat,” ucap dia.

Hamka sendiri sejak kecil sudah senang membaca buku. Setiap hari setelah pulang dari sekolah, ia langsung pergi ke tempat persewaan buku milik guru di sekolahnya. Buku yang ia baca adalah buku-buku terbitan Balai Pustaka, Cerita Cina, dan Arab. Suatu hari Hamka dimarahi oleh ayahnya karena uang saku yang diberikan selalu habis untuk menyewa buku. Akhirnya Hamka berpikir untuk bekerja di sebuah percetakan buku agar ia bisa membaca buku secara gratis.

Kecintaan literasi sejak dini itulah yang membuat Hamka mampu produktif menulis puluhan karya. Karya terbesar Hamka adalah Tafsir Al-Azhar yang beliau tulis di dalam penjara semasa pemerintahan Soekarno. Selain itu juga ada karya roman yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan