Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Persepsi Al-Qur'an tentang Kristen: Rasul Dikirim Allah untuk Membawakan Ajaran Monoteisme

miftah yusufpati Rabu, 30 April 2025 - 15:51 WIB
Persepsi Al-Qur'an tentang Kristen: Rasul Dikirim Allah untuk Membawakan Ajaran Monoteisme
William Montgomery Watt. Foto: AP
LANGIT7.ID- Orientalis William Montgomery Watt mengakui nabi-nabi bangsa Arab, sama-sama menyeru bangsanya masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda.

Nabi Luth menyalahkan kaumnya melakukan hubungan seksual yang immoral. Lagi-lagi mesti ditetapkan bahwa hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum Nabi Luth ini tetap diberikan oleh Allah meskipun Nabi Luth berusaha menyelamatkan mereka dan hanya Nabi Luth sajalah yang selamat dan orang-orang yang besertanya.

Pada konteks kekinian ada hal penting yang perlu dicatat bahwa biasanya seorang Nabi atau Rasul itu dikirim oleh Allah untuk membawakan ajaran monoteisme kepada bangsanya.

Sementara mereka ini diyakini menjadi kaum atau bangsa yang menyembah banyak tuhan atau bahkan ateis yang tidak menyembah tuhan sama sekali.

Ayat Al-Qur'an berikut ini (23: 44) akan dapat mengindikasikan bagaimana kaum muslimin merasakan kenabian sungguhpun mereka ini masih tetap lebih sadar akan oposisinya kepada Muhammad ketimbang kesuksesan beliau.

Baca juga: Persepsi Al-Quran tentang Kristen Menurut William Montgomery Watt

"Kemudian Kami utus kepada umat-umat-Ku itu rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami binasakan sebagian mereka dengan sebagian yang lain berturut-turut. Dan Kami jadikan mereka buah tutur manusia, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman."

William Montgomery Watt dalam bukunya yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temu Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama Jakarta, 1996) mengatakan kebanyakan seorang nabi agaknya berkumpul menjadi satu komunitas bersama orang-orang beriman yang mengelilinginya pada generasi pertama.

"Maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa seorang nabi atau seorang rasul itu datang ke suatu masyarakat orang beriman kepada Tuhan (Allah) dalam rangka mengajak kaumnya agar memperoleh pengetahuan tentang-Nya lebih jauh," katanya.

Orang-orang seperti para nabi pembawa kitab yang berisi ajaran-ajaran. Kitab Perjanjian Lama (Ahl al-Kitab) yang tidak dapat dipikirkan dan hal ini barangkali yang paling signifikan adalah bahwa tak seorang pun dari mereka itu disebutkan di dalam Al-Qur'an tanpa kecuali, selain Jonah.

"Maka sekarang diyakini oleh para ilmuwan Kristen bahwa kitab dengan nama tersebut, selain profunditas spirittualnya, tidak ditulis oleh pribadi aktual yang disebut Jonah itu secara langsung," jelasnya.

Al-Qur'an secara implisit menyatakan bahwa pada hakikatnya semua nabi/rasul itu mengajarkan pesan risalah yang secara esensial adalah sama, utamanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa nanti di hari kiamat tiap-tiap manusia akan dihadapkan kepada Allah secara langsung untuk menerima pembalasan (diadili) atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya di muka bumi ketika masih hidup.

Baca juga: Kristen Dipertemukan Islam, Montgomery Watt: Kristen Dulu Sungguh Amat Berbeda

Ayat berikut ini (3: 81, 85) menjelaskan perjanjian yang kemungkinan dapat diduga telah terjadi sebelum masa penciptaan:

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui ..." Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya.

William Montgomery Watt mengatakan di akhir ayat di atas ada kata Islam yang muncul dengan pengertiannya yang umum -- "tunduk patuh" (kepada Allah) dan lalu menjadi satu kata yang menjelaskan deskripsi agama yang diproklamirkan oleh semua nabi (rasul), bukan hanya diproklamirkan oleh nabi Muhammad SAW semata-mata.

Dengan cara yang sama, kata muslim atau "orang yang tunduk menyerah" terkadang dipakai untuk penganut agama yang umum ini.

Kata Rasul ketika dipakai untuk arti teknis benar-benar mempunyai arti yang persis sama dengan kata Nabi, yakni orang yang menyampaikan suatu pesan (risalah) dari Tuhan kepada umatnya.

Sebutan paling umum bagi Muhammad dalam bahasa Arab adalah Rasul Allah, dan oleh karena kata ini cenderung mengandung arti pengembangan konsepsi kenabian atau risalah, seperti yang terjadi di tahun-tahun terakhir Muhammad ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin dan pimpinan komunitas masyarakat atau bangsa.

Akan tetapi konotasi ini, kata William Montgomery Watt, tidak akan diperoleh pada bacaan dalam pemakaian kata-kata Al-Qur'an yang turun sebelumnya.

Perjanjian nabi-nabi (rasul-rasul) ini rupanya terus berlangsung semenjak masa perjanjian primordial antara Allah dan bangsa manusia sebagai suatu keseluruhan (7: 172-173):

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka seraya berfirman: "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: "Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kelak kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak akan mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan semenjak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?

Barangkali terlalu jauh untuk bersikukuh dengan pendapat bahwa ayat di atas secara implisit menyatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai pengetahuan bawaan semenjak lahir tentang Tuhan.

Namun hal ini juga sekaligus mengatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai kapasitas untuk menanggapi atau memberi jawaban kepada seorang nabi atau rasul.

"Pernyataan ini dijelaskan karena perjanjian dan kesaksian di sini merupakan bagian dari latar belakang sejarah keagamaan bangsa manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an," demikian William Montgomery Watt.

Baca juga: Nabi Muhammad di Mata Orientalis John L. Esposito: Islam Bukan Agama Baru

Pendeta

William Montgomery Watt adalah pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat.

Cendekiawan kelahiran Edinburgh pada 14 Maret 1909 dan meninggal 24 Oktober 2006 ini adalah seorang profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979.

Ia juga merupakan visiting professor pada Universitas Toronto, College de France, Paris, dan Universitas Georgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen.

Dalam hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir".

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan