Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home masjid detail berita

Mukjizat yang Tak Terlihat: Kisah Quran, Iman, dan Hati yang Terbuka

miftah yusufpati Selasa, 10 Juni 2025 - 04:15 WIB
Mukjizat yang Tak Terlihat: Kisah Quran, Iman, dan Hati yang Terbuka
Keajaiban sejati bukanlah dalam wujud material, melainkan dalam sebuah kitab suci yang menyentuh hati dan akal manusia. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Ketika bangsa Arab di Makkah menguji kerasulan Muhammad dengan permintaan mukjizat-mukjizat luar biasa—mata air yang memancar dari bumi, kebun kurma dan anggur dengan sungai deras, bahkan turunnya langit berkeping-keping—mereka belum mengerti bahwa mukjizat terbesar tidaklah berupa hal-hal fisik yang menakjubkan.

Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad" menjelaskan Al-Qur’an mengingatkan mereka, dan kita hingga kini, bahwa keajaiban sejati bukanlah dalam wujud material, melainkan dalam sebuah kitab suci yang menyentuh hati dan akal manusia.

“Katakan: Maha suci Tuhanku. Bukankah aku hanya seorang manusia yang diutus?” (Qur’an 17:93).

Ayat ini bukan sekadar penegasan status manusiawi Nabi Muhammad, tapi juga menantang kita untuk memahami mujizat dalam dimensi yang lebih dalam: rasional dan abadi.

Sejarah kerasulan penuh dengan kisah mukjizat para nabi—Musa dengan tongkatnya, Isa yang menyembuhkan sakit, dan lain-lain. Namun, pada Muhammad, mukjizat terbesar adalah Qur’an itu sendiri; sebuah wahyu yang tidak bisa ditandingi oleh manusia maupun jin.

Baca juga: Penafsiran Ilmiah Al-Quran: Ketika Umat Islam Berusaha Membuktikan Mukjizat Al-Quran

Mujizat untuk Semua Zaman

Bagi sebagian umat Islam, kekuatan dan validitas kerasulan Nabi sering kali diuji dengan harapan akan tanda-tanda ajaib atau mukjizat yang serupa dengan para nabi sebelumnya. Tapi, Qur’an dengan tegas menyatakan, bahwa hanya satu mukjizat yang cukup—mukjizat yang masuk akal, yang menjangkau hati dan pikiran, yang dapat dibaca, direnungkan, dan terus meneguhkan iman dari generasi ke generasi.

Sejarah pun mencatat, kemenangan agama Islam pada masa Rasul bukan karena tongkat yang berubah menjadi ular atau hujan yang turun dari langit, melainkan karena kekuatan kata-kata suci yang mengalir dari lisan beliau. Sebuah mukjizat yang senantiasa hidup dalam bacaan dan tafakur.

Dari pengalaman para sahabat dan orang-orang yang menerima ajakan Rasul, kita bisa melihat dua tipe orang beriman. Pertama, mereka yang hatinya terbuka sejak pertama kali mendengar, seperti Abu Bakar—tak butuh bukti lebih, cukup kata dan ketulusan. Kedua, mereka yang mencari tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam semesta—dalam hukum-hukum dan keteraturan ciptaan-Nya.

Kedua tipe ini menunjukkan bahwa iman tidak harus digantungkan pada keajaiban yang tampak. Keduanya, dengan caranya masing-masing, menemukan jalan menuju keyakinan yang kokoh. Mereka yang menunggu mukjizat materi, sesungguhnya mengabaikan mukjizat yang lebih agung: kehadiran Qur’an dan ciptaan alam semesta yang mengajak mereka merenung.

Baca juga: Kisah Dedengkot Munafik Mempertanyakan Mukjizat Rasulullah SAW

Mujizat yang Menolak Ditiru

Sebab itu, mukjizat Qur’an bukanlah sebuah kejadian spektakuler yang bisa direplikasi atau ditiru. Ia adalah kalam Allah yang berisi petunjuk, ajakan, dan penyadaran. Orang-orang yang menolak kerasulan Nabi meski dengan segala bukti ajaib, seperti tertulis dalam Qur’an (6:109-111), sesungguhnya menutup pintu hati dan pikirannya.

Namun, umat yang percaya, tidak memerlukan bukti lahir semacam itu. Mereka tahu, iman sejati tidak tumbuh dari takut atau mengharap pahala semata, melainkan dari penyerahan total, keikhlasan, dan kesadaran akan keagungan Tuhan.

Kisah tentang mukjizat dan iman ini mengingatkan kita pada sebuah kebenaran mendalam: Kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita kembali. Mukjizat terbesar bukanlah hal luar biasa yang memukau mata, melainkan sesuatu yang diam-diam menembus hati, yang terus hidup dalam bacaan, dalam refleksi, dan dalam kehidupan.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, Qur’an tetap menjadi sumber kekuatan yang abadi, menghadirkan mukjizat tersendiri: kemampuan menggerakkan hati manusia tanpa harus bergantung pada tanda-tanda luar biasa. Dan inilah keajaiban yang tak pernah lekang oleh waktu.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan