Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 30 Oktober 2025
home masjid detail berita

Abu Ubaidah: Senyum Terakhir Orang Terpercaya Umat

miftah yusufpati Jum'at, 18 Juli 2025 - 16:00 WIB
Abu Ubaidah: Senyum Terakhir Orang Terpercaya Umat
Sekitar 25 ribu orang wafat, termasuk salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dicintai dan dihormati: Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Di bawah langit kelabu Damaskus pada tahun 16 Hijriyah, bau kematian menyeruak dari segala penjuru. Wabah Tha’un—penyakit pes di masa itu—menggulung Negeri Syam, merenggut ribuan nyawa. Sekitar 25 ribu orang wafat, termasuk salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dicintai dan dihormati: Abu Ubaidah ibn al-Jarrah.

Di ujung hayatnya, panglima yang sederhana itu berdiri di tengah pasukannya yang dilanda duka dan demam. Suaranya masih lantang ketika berwasiat, “Jika kalian menerima wasiatku ini, kalian tidak akan sesat dari jalan yang baik. Dirikanlah shalat, berpuasalah di bulan Ramadhan, bayarlah zakat, tunaikan haji dan umrah. Salinglah menasihati, jangan biarkan pemimpin kalian tersesat, dan jangan tergoda oleh dunia…”

Ia lalu menoleh kepada Muadz bin Jabal, berkata lirih, “Wahai Muadz, sekarang kau yang menjadi imam.” Tak lama kemudian, Abu Ubaidah pergi menghadap Tuhannya, dengan senyum tenang di wajahnya.

Abu Ubaidah lahir di Makkah dengan nama Amir bin Abdullah bin Jarrah al-Fihry al-Qurasyi. Di kalangan Quraisy, ia bukan orang biasa. Dialah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijanjikan surga. Tak lama setelah Abu Bakar memeluk Islam, ia datang kepada Rasulullah bersama Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, dan Arqam bin Abi Arqam untuk mengucap syahadat. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu pilar awal bangunan Islam.

Baca juga: Karakteristik Fikih Sahabat Nabi Muhammad SAW: Lahirnya Syiah dan Sunni

Namanya tak pernah absen dari medan perang. Badar, Uhud, Khandaq, semuanya ia jalani tanpa gentar. Di Badar, sebuah peristiwa menyayat terjadi: ia berhadapan dengan penunggang kuda musyrik yang tak lain adalah ayahnya sendiri, Abdullah bin Jarrah. Dengan pedang terhunus, ia membelah kepala ayahnya. Bukan karena benci, tetapi karena memilih iman di atas segalanya.

Al-Qur’an bahkan mengabadikan keteguhannya: "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara atau keluarga mereka…" (QS Al-Mujadilah: 22)*

Abu Ubaidah bukan hanya kuat, tetapi juga dikenal sangat amanah dan lembut. Rasulullah menyebutnya sebagai *amin* umat ini. Abdullah bin Umar bahkan menilai wajahnya bercahaya, akhlaknya tinggi, dan pemalunya setara dengan Abu Bakar dan Utsman bin Affan.

Ketika kaum Nasrani meminta seorang hakim dari Rasulullah, beliau berkata, “Datanglah sore nanti, aku akan kirim kepada kalian orang kuat yang terpercaya.” Umar bin Khattab sempat berharap itu adalah dirinya. Namun Rasulullah menunjuk Abu Ubaidah.

Baca juga: Ilmu Fikih: Penyebab Ikhtilaf di Kalangan Sahabat Nabi Muhammad SAW

Setelah wafatnya Rasulullah, Abu Ubaidah sempat ditawari menjadi khalifah di Saqifah. Namun ia menolak. “Aku tidak akan mendahului orang yang pernah diangkat Rasulullah menjadi imam shalat kita—Abu Bakar,” ujarnya.

Ia kemudian menjadi panglima perang di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab. Dari tepian Sungai Eufrat hingga Asia Kecil, pasukan Islam berjaya di bawah komandonya. Sampai wabah datang.

Ketika Umar meminta agar ia meninggalkan Syam untuk menyelamatkan diri, Abu Ubaidah menolak. Ia memilih tinggal bersama prajuritnya, menolak lari dari takdir. Wabah itulah yang akhirnya menjemputnya.

Setelah wabah reda, rakyat kembali ke Damaskus, berziarah ke pusaranya yang sederhana. Wajahnya, seperti digambarkan para sahabat semasa hidup, selalu cerah dan tersenyum. Seolah, bahkan dalam kematian, Abu Ubaidah masih ingin menenangkan orang-orang yang ditinggalkannya.

Di sanalah, di antara bisikan doa dan kenangan para sahabat, nama seorang panglima tetap harum di langit Damaskus: amin hadzihi al-ummah, orang terpercaya umat ini.

Baca juga: Pandangan tentang Modernisasi Tafsir: Hadis dan Pendapat Sahabat Nabi

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 30 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:54
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan