LANGIT7.ID, Jakarta -  Surat Al Ashr mengandung pesan betapa berharganya waktu bagi manusia. Allah bersumpah dengan masa agar manusia memperhatikan masa dan memanfaatkannya dengan baik.
Surat Al Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِۙ۞ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ۞ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, waktu Ashar bagi bangsa Arab adalah waktu berleha-leha. Sudah jadi kebiasaan masyarakat Arab kala itu nongkrong sore hari melepas kepenatan selepas beraktivitas seharian.
Baca Juga: Pesan Hamka: Agar Jadi Generasi Unggul, Pemuda Wajib Paham Agama dan SejarahKarena banyak percakapan yang melantur, maka kerap terjadi pertengkaran dan menimbulkan permusuhan. Lalu ada yang mengutuki waktu Ashar mengatakan adalah waktu yang celaka atau naas, banyak bahaya terjadi.
“Maka datanglah ayat ini memberi peringatan "Demi Ashar", perhatikanlah waktu Ashar. Bukan waktu Ashar yang salah. Yang salah adalah manusia-manusia yang mempergunakan waktu itu dengan salah,” tulis Hamka mengutip penjelasan Syaikh Muhammad Abduh dalam Tafsir Juzu' 'Amma.
Kemudian menurut tafsir yang lain tentang "Demi Masa!" ialah menyiratkan krusialnya nikmat waktu bagi manusia. Masa (Ashr) dapat diartikan sebagai waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa. 
Maka, jelas Hamka, Allah bersumpah dengan masa sebagai isyarat pentingnya waktu. Manusia hidup di dunia ini adalah melalui masa. Setelah itu pun akan pergi. Dan apabila telah pergi, artinya mati, habislah masa dan tidak dapat diulang lagi.
Baca Juga: Buya Hamka Tak Hanya Ulama dan Sastrawan tapi juga Pejuang Kemerdekaan“Diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah, agar dia jangan disia-siakan, jangan diabaikan. Sejarah kemanusiaan ditentukan oleh edaran masa,” kata Hamka.
Kemudian, "sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian." (ayat 2). Di dalam masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu. Dalam hidup melalui masa itu tidak ada keuntungan samasekali. Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun, dari muda ke tua, hanya kerugian jua yang dihadapi.
"Kecuali orang yang beriman" (akhir ayat 3). Yang tidak akan merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang yang beriman. Manusia datang ke dunia ini sementara waktu; namun masa yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena adanya keimanan.
Baca Juga: Novel Islam Masuk Nominasi Penghargaan Sastra Bergengsi di AustraliaIman menyebabkan manusia sadar asal usulnya. Iman membuat manusia paham tujuan hidup di dunia, yaitu untuk berbakti kepada Maha Pencipta dan kepada sesamanya. 
“Iman menimbulkan keyakinan bahwasanya sesudah hidup yang sekarang ini ada lagi hidup. Itulah hidup yang sebenarnya, hidup yang baqa. Di sana kelak segala sesuatu yang kita lakukan selama masa hidup di dunia ini akan diberi nilainya oleh Allah,” jelas Hamka.
Baca Juga: Tafsir Surat Al Ahzab Ayat 41: Anjuran Memperbanyak Dzikir(zhd)