Bahaya flexing: Psikolog UI ungkap pamer kekayaan bisa hambat perkembangan diri, memicu arogansi, dan kecemburuan sosial. Kenali dampak negatif gaya hidup pamer.
Hidup sederhana merupakan salah satu pokok ajaran Islam dan perilaku yang dicintai Allah SWT. Selain itu, kesederhanaan juga gaya hidup yang dapat mendatangkan cinta antar sesama.
Media sosial (medsos) merupakan istilah yang mengacu pada teknologi digital yang memungkinkan setiap orang saling terhubung, berinteraksi, hingga mengirimkan pesan.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, melalui akun TikTok @ditjenpajakri, menyisipkan komentar di unggahan video milik istri Ustaz Solmed, April Jasmine.
Flexing secara literal merujuk pada tindakan memamerkan sesuatu. Menurut definisi Cambridge Dictionary, flexing adalah menunjukkan kepemilikan atau pencapaian
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Dadang Kahmad, mengutarakan, Al-Quran melaknat orang-orang kaya yang suka flexing atau pamer harta kekayaan di depan publik.
Pencucian uang adalah tindakan yang dilakukan untuk menyembunyikan sumber uang atau kekayaan yang didapatkan secara ilegal. Pelakunya mengharapkan kejahatannya tetap tersembunyi agar terlihat seolah-olah berasal dari sumber yang sah dan legal.
Aktivis Muslimah, Ustazah Wiwing Noraeni, mengajak umat muslim untuk menerapkan nilai-nilai kesederhanaan dalam ajaran Islam karena, masyarakat saat ini menerapkan gaya hidup flexing yang banyak ditemui di media sosial.
Pengamat Psikologi Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM), Luluatul Chizanah, mengungkap alasan banyak orang kaya berperilaku flexing. Itu mengambil contoh kasus dari Mario Dandy Satrio, anak pejabat Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo, yang kerap memamerkan barang mewah di media sosial.
Jokowi menegaskan agar para pejabat menjalankan tugas mereka sebagaimana mestinya dan menghindari sikap hedonis di media sosial. Pasalnya, hal tersebut akan menimbulkan kontra di kalangan masyarakat.
Sebagian masyarakat tak percaya lantaran bila dihitung gaji dan tunjangannya, seharusnya para pejabat tak memiliki jumlah kekayaan yang terbilang fantastis.