LANGIT7.ID - Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan pelajaran pertama yang harus diajarkan kepada
mualaf. Pelajaran tersebut terkandung dalam hadits masyhur dalam kitab 'Arbain Imam Nawawi.
Dalam hadits tersebut diceritakan, suatu ketika para sahabat duduk di samping Rasulullah SAW. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan pakaian bersih, tidak tampak dari pria itu pernah melakukan perjalanan, dan tidak ada satupun sahabat yang mengenal pria itu.
Pria tersebut lalu bertanya kepada Rasulullah tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah pria itu pergi, Rasulullah menjelaskan, laki-laki itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama Islam kepada para Sahabat Nabi Muhammad. Berikut terjemah lengkap hadits tersebut:
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya Ayat 52-66: Keteguhan Ibrahim dalam Dakwah Tauhid
Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,”
Lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR Muslim, no.8)
"Hadits ini menunjukkan kepada kita tentang pokok-pokok keimanan. Tidak perlu belajar tinggi-tinggi dulu yang paling penting setelah beriman pertama ialahbersyahadat, yakni bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah Ta'ala, dan cara menyembah itu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW," kata UAH di salah satu tausiahnya di Akhyar TV, dikutip Kamis (26/5/2022).
Baca Juga: Selain Maudy Ayunda, 8 Artis Ini Menikah dengan Bule Mualaf
Setelah itu, sang
mualaf perlu belajar tauhid yang merupakan pokok-pokok keimanan. Cukup belajar dasar-dasar ajaran Islam terlebih dahulu sebagaimana tertuang dalam hadits tersebut. Diiringi dengan keimanan yang kuat terhadap pokok-pokok keimanan itu. Setelah baru belajar tentang shalat, puasa, zakat, haji dan seterusnya.
Tauhid jadi penting, agar keimanan seorang mualaf tak tergoyahkan sehingga tak mudah berpindah agama lagi. Banyak kasus, kata Ustadz Adi Hidayat, yang menunjukkan lemahnya iman membuat seorang mualaf mudah keluar dari Islam karena iming-iming dunia.
(jqf)