LANGIT7.ID, Yogyakarta - Salah satu daerah yang dikenal mempunyai beragam peninggalan sejarah ialah
Yogyakarta. Sebagai kota pendidikan terdapat peninggalan sejarah yang cukup menarik salah satunya keberadaan Plengkung Gading.
Dilansir dari visitjogja.Jogjaprov.go.id, keberadaan Plengkung Gading menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Jogja.
Banyak di antara wisatawan mengabadikan momen dengan mendokumentasikan bangunan Plengkung Gading, sebagai salah satu hal yang menarik untuk dikunjungi.
Plengkung Gading menjadi bangunan peninggalan sejarah yang memiliki bentuk seperti pintu gerbang yaang melengkung. Itulah mengapa bangunan ini dinamakan Plengkung yang berarti melengkung, gading yang berarti berwarna putih.
Baca juga: Pembangunan Kawasan Borobudur Bangkitkan Pariwisata NasionalPlengkung Gading menjadi salah satu bangunan khas Yogyakarta, sebab gerbang yang melengkung, dan berwarna putih ini termasuk gapura yang digunakan sebagai pintu masuk menuju jeron benteng Keraton Yogya.
Bangunan Plengkung Gading menjadi satu dari lima Plengkung yang menghubungkan dengan keraton, yaitu Plengkung Tarunasura, Plengkung Nirbaya, Plengkung Madyasura, Plengkung Jaga Surya dan Jagabaya. Di antara kelima plengkung tersebut Plengkung Gading dan Plengkung Tarunasura menjadi plengkung yang paling dikenal.
Bentuk dari kedua plengkung tersebut hingga kini masih terjaga keasliannya sehingga keduanya begitu dikenal oleh masyarakat.
Nama asli dari Plengkung ini ialah Plengkung Nirbaya yang terletak di arah Selatan alun-alun Selatan Yogya. Bangunan ini dijadikan pintu keluar jenazah sultan yang sudah wafat menuju Makam Imogiri.
Dengan mengunjungi kawasan Plengkung Gading ini para wisatawan dapat menikmati suasana zaman dahulu, para wisatawan dapat menjadikaan bangunan ini sebagai latar foto sehingga akan terlihat begitu menarik dan terkesan klasik.
Baca juga: Jernihnya Pantai Tengkera, Potensi Wisata Alam di Konawe KepulauanKemudian, para wisatawan juga dapat menemukan menara sirine ydi kawasan Plungkung Gading yang digunakan hanya dua kali saja, yaitu pada 17 Agustus untuk mengingat detik-detik proklamasi, dan di bulan Ramadhan saat menjelang berbuka puasa sehingga hal ini menjadi keunikan tersendiri.
Para wisatawan juga dapat menikmati keindahan malam di sekitar bangunan ini, sebab plengkung gading menyuguhkaan keindahan lampu-lampu disekitarnya.
Selain itu, suasana tempo dulu didukung bangunan dengan gaya kuno, sehingga suasana akan terasa seperti di zaman kolonial Belanda.
(sof)