LANGIT7.ID, Jakarta - Al-Baqarah merupakan surat kedua dalam Al Quran, setelah surat Al Fatihah. Al-Baqarah terdiri dari 286 ayat dan menjadi surat dengan jumlah ayat terbanyak.
Pada setiap ayatnya, mengandung sejuta makna, tak terkecuali pada ayat ke-10, yang berbunyi:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakit-ya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta."
Merujuk pada tafsir Ibnu Katsir, dalam Ibnu Katsir, yang dikutip
Langit7.id, Kamis (6/10/2022) sehubungan dengan firman Allah, '
fi qulubihim maradun' yang memiliki arti 'di dalam hati mereka ada penyakit' berarti keraguan. Lalu ditambahkan, '
fazadahumullahu maradan,' yang berarti 'lalu ditambah Allah penyakitnya' bermakna keraguannya.
Baca Juga: Tafsir Al-Adiyat Ayat 1: Makna Allah Bersumpah atas Kuda PerangIbnu Ishaq mengatakan dari Muhammad bin Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas, 'fi qulubihim maradun' artinya keraguan. Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta Qatadah.
Dari Ikrimah dan Tawus disebutkan, sehubungan dengan firman-Nya, 'fi qulubihim maradun' bermakna di dalam hati mereka (manusia) ada penyakit yang dimaksud ialah riya (pamer).
Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, '
fi qulubihim maradun' artinya nifaq, dan
fazadahumullahu maradan, yakni nifaq (munafik).
Sementara itu, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan 'fi qulubihim maradun' artinya penyakit dalam masalah agama, bukan penyakit pada tubuh. Mereka yang mempunyai penyakit ini adalah orang-orang munafik.
Penyakit tersebut berupa keraguan yang merasuki hati mereka terhadap Islam. '
Fazadahumullahu maradan' dimaknakan 'lalu ditambah oleh Allah kekafirannya'.
(zhd)