Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Senin, 19 Mei 2025
home sosok muslim detail berita

Kisah dr Iqbal Musyaffa: Sempat Tinggal Kelas di Gontor, Kini Jadi Dokter

Muhajirin Rabu, 19 Oktober 2022 - 22:15 WIB
Kisah dr Iqbal Musyaffa: Sempat Tinggal Kelas di Gontor, Kini Jadi Dokter
dr Iqbal Musyaffa (Dok Pribadi)
LANGIT7.ID, Jakarta - Nama lengkapnya Iqbal Musyaffa. Pria kelahiran Bogor, 9 Oktober 1994 itu merupakan alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor angkatan 2014. Meski sempat tidak naik kelas saat di Gontor, namun Iqbal mampu menjadikan kegagalan itu sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan.

Iqbal lahir dari keluarga yang sederhana. Ibu merupakan seorang pedagang yang tiap hari berjualan di pasar. Sang ayah pensiunan dari TVRI. Meski begitu, Iqbal beruntung memiliki orang tua yang selalu memotivasi untuk terus memperdalam ilmu agama.

Iqbal memulai pendidikan di SDIT Darul Muttaqin, Parung, Bogor. Pada 2006, dia melanjutkan pendidikan di Gontor. Dia diterima di Gontor 2. Perjalanan Iqbal tak mudah saat berada di salah satu pesantren terbesar di Indonesia ini. Namun, ada satu pesan yang dilontarkan sang ibu yang tak bisa dilupakan Iqbal sampai sekarang.

“Dulu masuk pesantren pesan ibu saya, itu kalau sekolah jangan setengah-tengah, kalau sudah masuk harus diselesaikan, walaupun itu cobaannya berat,” kata Iqbal kepada LANGIT7.ID, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga: Mohamad Nasir: Santri Jadi Profesor, Rektor hingga Menteri

Saat duduk di bangku kelas II Gontor, Iqbal sempat tidak naik kelas. Itu sempat membuat dia putus asa dan berniat keluar dari pesantren. Namun, lagi-lagi sang ibu menasihati agar menyelesaikan apa yang telah dimulai. Sang ibu tak ingin Iqbal lari dari tanggung jawab.

Ketika duduk di kelas V, Iqbal kembali tidak naik kelas. Perasaan putus asa kembali muncul. Ingin keluar dari pesantren. Dia lalu datang ke Parung untuk bertemu dengan salah satu kiai di sana.

“Ternyata solusinya harus diselesaikan. Apapun yang kalian yang terbaik adalah menyelesaikan itu, jangan lari dari tanggung jawab,” kata Iqbal.

Baca Juga: Pendidikan di Gontor Putri Tempa Elizabeth Diana Dewi Jadi Diplomat

Akhirnya pada 2014, Iqbal berhasil menyelesaikan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Meski sempat dipindahkan ke Gontor 3 pada 2009, namun Iqbal tidak pernah melupakan sistem pendidikan Gontor sampai saat ini.

Pendidikan Gontor Jadi Bekal Santri

Iqbal mengaku bukan santri populer di Gontor. Dua kali tidak naik kelas cukup membuktikan hal itu. Apalagi, Gontor dikenal sebagai lembaga pendidikan yang tidak mengenal toleransi perihal nilai. Tidak ada penambahan maupun pengurangan nilai.

Namun, Iqbal menyebut ada satu fakta menarik yang baru dia rasakan saat sudah berstatus alumni. Nilai-nilai pendidikan Gontor ternyata sangat bermanfaat saat sudah berkiprah di tengah masyarakat. Mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab, hingga kepemimpinan.

“Prinsip Gontor itu disiplin. Kalau janjian jam 08.00, kita harus datang 30 menit sebelum jadwal. disiplin bahasa, manajemen waktu, kita harus sungguh-sungguh,” kata Iqbal.

Baca Juga: 7 Pejabat Publik Alumni Gontor, dari Eksekutif hingga Yudikatif

Gontor tak hanya mendidik para santri untuk memperoleh nilai akademik saja. Namun lebih dari itu. Pesantren yang berpusat di Ponorogo, Jawa Timur itu menitikberatkan pada pendidikan karakter kepada para santri.

Santri selalu dimotivasi untuk bersungguh-sungguh dan menghindari sikap malas-malasan. Kata Iqbal, penyesalan selalu datang di akhir. Di sisi lain, Gontor selalu mengajarkan fastabiqul khairat (berlomba-lombal dalam kebaikan).

“Kunci kesuksesan di Gontor itu, hidup sekali, hidup yang berarti, jangan sia-siakan hidup, karena waktu tidak akan pernah terulang,” tutur Iqbal.

Mengabdi Jadi Dokter untuk Ibadah

Di akun instagram @musyaffaiqbal17, Iqbal menulis bio al'ilmu bila 'amalin kassyajari bila tsamarin (ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah). Bio tersebut menjadi motto sekaligus motivasi Iqbal untuk menjadi dokter.

Melalui profesi dokter itu, Iqbal ingin menanamkan amal jariyah di dunia. Dia tak ingin menjadi dokter minus nilai akhirat. Semua yang dilakukan mesti bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala.

Baca Juga: Gontor Tak Terafiliasi Ormas Apapun, tapi Alumninya Pimpin NU dan Muhammadiyah

“Kita mencari ladang ibadah jariyah. Jarang alumni pesantren masuk kedokteran, maka dari itu saya niatkan untuk ladang amal jariyah,” ujar Iqbal.

Lulusan Universitas Yarsi (Yayasan Rumah Sakit Islam) Jakarta itu saat ini tengah menjalani masa pengabdian selama enam bulan di puskesmas. Di tengah kesibukan itu, dia melanjutkan pendidikan di Universitas Respati Jakarta Prodi Magister Administrasi Rumah Sakit.

Iqbal bersungguh-sungguh menjadi dokter profesional, tak lepas dari didikan selama menjadi santri di Gontor. Terlebih, ada satu hadits yang kini menjadi prinsip Iqbal.

“Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mau mendoakannya.” (HR Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, dan Imam Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Baca Juga: Cetak Banyak Alumni Berpengaruh, Ini Cara Gontor Didik Santri Jadi Pemimpin

“Maka dari itu, saya meniatkan amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat. semoga bisa bermanfaat bagi banyak orang, karena saya belum bisa memberikan sebagai materi, baru bisa memberikan secara ilmu,” ujar Iqbal.

Tak Lupa Berdakwah

Iqbal boleh berprofesi sebagai dokter. Tapi, dia tidak pernah lupa untuk berdakwah. Dia memanfaatkan media sosial seperti instagram untuk berbagi ilmu. Mulai masalah kesehatan sampai ajaran Islam.

“Sebaik-baiknya belajar adalah mengajar. Maka dari itu, saya niatkan semua jadi amal jariyah, insya Allah. yang penting jangan salah niat, dan harus belajar sepanjang hayat,” kata Iqbal.

Terlebih lagi, Iqbal menemukan satu fakta bahwa ilmu kedokteran tidak bisa dilepaskan dari Al-Qur’an. Misal mengenai otak dan sel saraf yang termaktub dalam tiga surah berbeda yakni QS. 11:56, QS. 55:41, dan QS. 96:13-16.

Baca Juga: Berkontribusi pada Perdamaian Dunia, Alumnus Gontor Raih Doktor Honoris Causa

“Maka dari itu, saya niatkan dakwah lewat sosial media agar menjadi inspirasi bagi yang lain,” kata Iqbal.

Iqbal melakukan hal tersebut untuk mengubah stigma bahwa santri hanya bisa mengaji dan ceramah. Pesantren, kata dia, telah mendidik santri untuk menguasai ilmu umum dan agama. Ada banyak kegiatan ekstrakulikuler yang bisa meningkatkan bakat dan minat santri.

Image pesantren zaman sekarang itu cuma bisa mengaji dan ceramah, padahal di pesantren saya dulu diajari semua,” pungkas Iqbal.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Senin 19 Mei 2025
Imsak
04:25
Shubuh
04:35
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan