LANGIT7.ID, Cianjur - Anggota Bidang 3 Kerjasama dan Sinergi
Forum Zakat (FOZ), Komaludin, mengatakan, korban
gempa bumi di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat, mengalami trauma atau syok setelah diguncang magnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022) siang.
Gempa tersebut mengakibatkan longsor di wilayah, korban jiwa dan rumah dan gedung roboh. Trauma dirasakan hampir semua masyarakat terdampak. Meski banyak yang rumahnya tak roboh, namun mereka takut ada gempa susulan. Itu membuat masyarakat memilih mencari tempat pengungsian yang aman.
“Kondisi terkini di lokasi pasti sekarang masih tidak terarah, dan masih syok bagi mereka yang merasakan secara nyata goncangan di Cianjur. jadi, jangankan yang rusak parah rumahnya, yang rusak pun belum berani menempati rumah, karena memang syok akibat gempa itu,” kata Komaludin yang ada di lokasi saat dihubungi
Langit7.id, Selasa (22/11/2022).
Baca Juga: BMKG Ungkap Alasan Gempa Magnitudo 5,6 di Cianjur Sangat Merusak
Komaluddin menceritakan, relawan FOZ tiba di Cianjur pada Selasa (22/11/2022) dini hari. Dia melihat kondisi korban yang sangat memprihatinkan. Tidak ada satupun warga terdampak yang berani tidur di dalam rumah. Mereka memilih tidur di tanah terbuka dengan alas seadanya.
![FOZ: Korban Gempa Cianjur Trauma, Tenda Pengungsian Membludak]()
“Ketika kami datang subuh-subuh, malamnya banyak warga yang tidur di luar, hanya beralas tikar dan selimut. Tanpa tenda.tapi belum tentu juga rumahnya rusak, tapi lebih takut, syok,” kata Komaludin.
Menurut Komaludin, korban saat ini masih fokus menyelamatkan diri dan keluarga masing-masing. Belum ada warga yang berpikir untuk membersihkan puing-puing rumah bekas hantaman gempa. Mereka masih takut ada gempa susulan.
Baca Juga: Dampak Gempa Cianjur, Korban Jiwa Bertambah Warga Mengungsi Capai 7.000 Orang
“Saya dengar dari masyarakat, ‘nanti kalau sudah jelas, akan ada susulan atau tidak’. Jadi, saya lihat belum ada yang membersihkan puing-puing rumah,” ucapnya.
Dampak Material GempaKomaluddin menceritakan, gempa Cianjur menyebabkan 3.075 unit rumah rusak ringan, 33 rusak sedang, dan 59 rusak berat. Itu berdasarkan hasil asesmen tim relawan FOZ.
Selain itu, 3 unit fasilitas peribadatan rusak yakni Masjid Dekranasda, Masjid Desa Bonjot, dan Masjid Desa Cikancana.
![FOZ: Korban Gempa Cianjur Trauma, Tenda Pengungsian Membludak]()
Ada pula 10 unit fasilitas pendidikan yang rusak mulai dari bangunan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. 4 fasilitas kesehatan juga ikut rusak yaitu RSUD Cianjur, RS Dr Hafidz, Puskesmas Cugenang, dan PKBM. Dua Unit jembatan rusak dan jalan provinsi area tapal kuda tertutup.
Baca Juga: BMKG: Waspada Bencana Susulan Longsor dan Banjir Bandang Usai Gempa Cianjur
“Kalau secara awam, kasat mata, yang saya lihat di pinggir jalan, variatif (status kerusakan bangunan), tapi paling parah itu masih susah diakses, karena kendaraan masih padat,” kata Komaludin.
Kondisi Penyintas di Tempat PengungsianKondisi para penyintas gempa sangat memprihatinkan di lokasi pengungsian. Fasilitas pengungsian masih berupa inisiatif dari para korban seperti terpal seadanya. Bahkan, ada korban yang hanya menggunakan kain dan plastik sebagai tempat berteduh.
“(Pengungsian) banyak yang
over, belum tentu mereka mengungsi itu karena rumahnya rusak. Karena lebih takut dan syok ada kejadian lagi. Otomatis di tenda-tenda yang dibikin ala kadarnya itu
overload. Kebanyakan. Anak-anak laki, anak perempuan, bayi, orang dewasa, istri-suami, berkumpul dalam tenda besar, beberapa KK. Tidak kondusif yang pasti,” kata Komaludin.
Kondisi tersebut membuat para penyintas membutuhkan bantuan-bantuan mendesak, terutama makanan siap saji dan air mineral. Itu karena para penyintas tidak memiliki alat-alat memasak yang memadai seperti kompor gas dan akses air bersih banyak tertutup.
Baca Juga: Sejarah Gempa Sukabumi-Cianjur Sejak 1844
"Kalau bentuk sembako, mereka belum tentu juga bisa masak, karena keterbatasan alat kompor gas, air juga, akses air banyak yang tertutup. Jadi, belum bisa kalau mereka masak. Kecuali kalau beberapa hari ke depan. Saat ini efektifnya makanan siap saji,” kata Komaludin.
Kebutuhan paling mendesak lainnya adalah
shelter seperti tenda, terpal, selimut, alas tidur, sarung, dan alat penerangan. Harta benda mereka tertimpa bangunan runtuh, dan tidak ada keberanian pulang ke rumah. Takut ada gempa susulan.
“
Shelter, bisa dalam bentuk tenda atau apapun yang bisa dipergunakan oleh mereka. Tapi konteksnya
family, bukan komunal. Apalagi, kalau sudah dua minggu ke atas, tidak disarankan mereka membuat tenda komunal,” jelas Komaludin.
Selain itu, kebutuhan mendesak lain berupa obat-obatan, ambulans, dan layanan medis. Ini diperlukan untuk memberikan perawatan kepada korban luka-luka dan mengantisipasi penyakit di tempat pengungsian.
(jqf)